Kisah Asli Laura: A True Story of Fighter Disebut Lebih ‘Tragis’ dari Film
Dalam proses pembuatan film yang diadaptasi dari kisah nyata, ada beberapa perbedaan yang dibuat untuk keperluan hiburan. Tak terkecuali film Laura: A True Story of Fighter, yang sudah bisa disaksikan di bioskop mulai 12 September 2024.
Film tersebut mengangkat kisah nyata mendiang Laura Anna, yang berjuang untuk kesembuhan sekaligus mendapatkan keadilan usai mengalami kecelakaan bersama mantan kekasihnya pada tahun 2019.
Peristiwa tersebut membuat Laura, yang kala itu baru berusia 19 tahun, menderita spinal cord injury hingga menyebabkannya tak bisa berjalan. Sederet kelakuan mantan kekasihnya yang tak mengenakkan pun seolah menambah penderitaan mendiang.
BACA JUGA: Film Dokumenter RM BTS Akan Tampil di Busan International Film Festival
Ada Sejumlah Perbedaan dalam Film
Meskipun film Laura: A True Story of Fighter menceritakan tentang kehidupan Laura, tetap ada penyesuaian dan perubahan dari cerita aslinya. Hal ini disampaikan oleh kakak mendiang, Greta Irene, dalam sebuah podcast yang dipandu Atta Halilintar di kanal YouTube Need A Talk.
“Ada beberapa kejadian yang bahkan tidak terjadi (di kehidupan nyata), tapi dimasukkan ke dalam film untuk efek dramatisasi,” katanya dalam konten yang diunggah pada Jumat (6/9/2024) lalu.
Ini dilakukan untuk memperkuat pesan inspiratif dan menarik perhatian penonton. Sebagaimana yang disampaikan oleh sutradara film Laura: A True Story of Fighter, Hanung Bramantyo, kepada Greta Irene.
“Kalau mau cerita Laura benar-benar sesuai aslinya, satu-satunya sumber hanya berita. Namun, dalam film, tujuan utamanya adalah untuk menghibur dan menginspirasi, jadi pasti ada yang dilebihkan dan dikurangi,” ujarnya menirukan ucapan Hanung Bramantyo.
BACA JUGA: Rayakan 20 Tahun, Howl’s Moving Castle Bakal Tayang Ulang di Bioskop
Kisah Asli Lebih ‘Tragis’
Dengan kata lain, sebagian besar cerita dalam film ini masih merujuk pada kejadian nyata dengan beberapa penyesuaian. Sejumlah adegan sengaja dipercepat atau dimundurkan agar alur cerita lebih sesuai dengan kebutuhan film.
Bahkan, Greta Irene mengungkapkan bahwa ada adegan yang awalnya telah disyuting, namun akhirnya tidak digunakan. Keputusan ini dibuat karena dianggap tidak sesuai dengan kenyataan atau terlalu berlebihan dalam dramatisasi.
Selain itu, ada pula kekhawatiran dari pihak keluarga bahwa beberapa penonton mungkin salah memahami cerita film sebagai kisah yang benar-benar terjadi. Sebab pada kenyataannya, cerita asli Laura dianggap lebih tragis dibandingkan versi film.
“Aku takut banget orang salah kaprah, karena ini tetap film ya, bukan cerita asli. Menurutku cerita aslinya lebih tragis daripada di film,” ucap Greta Irene.
Editor: Ranto Rajagukguk