Kisah Pendiri IKEA Manfaatkan Sisa Bahan Baku Produksi

marketeers article

Bagi sebuah perusahaan retail, besaran biaya sangat berpengaruh terhadap harga yang ditawarkan kepada pelanggan. Karena itu, dengan menekan biaya serendah mungkin, meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi, serta memberi nilai tambah melalui kreativitas, sebuah perusahaan retail bisa memiliki daya saing tinggi. Hal itulah yang dilakukan oleh perusahaan retail asal Swedia, IKEA.

“Tahukah Anda, berapa banyak bagian dari sebuah pohon yang digunakan untuk produksi furnitur? Tak lebih dari satu per lima. Ranting-rantingnya jarang sekali terpakai,” ujar Mark Magee, General Manager IKEA Indonesia.

Karena itulah, IKEA mengembangkan kreativitas yang memungkinkan semua bagian dari pohon bisa terpakai. Ranting-rantingnya dapat digunakan sebagai kenop atau pegangan pintu. Demikian pula dengan bahan baku lain yang digunakan.

Menurut Mark, IKEA selalu berusaha memanfaatkan apa yang orang lain sebut sebagai limbah. Justru, limbah produksi dihargai sebagai bahan baku bagus dengan harga murah. Melalui sentuhan kreativitas, bahan baku itu bisa disulap menjadi produk baru.

Sumber: http://www.ikea.com

Kisah menarik soal ini bisa dilihat dari kiprah sang pendiri IKEA, Ingvar Kamprad. Menurut Mark, pada hari Sabtu Ingvar berbelanja di sebuah minimarket di Almhult, selatan Swedia. Pemilik toko biasanya memberikan diskon di hari Sabtu karena pada hari Minggu jarang orang berbelanja.

Saat berkeliling, Ingvar melihat sebuah bebek beku di dalam freezer. Ia mengatakan kepada sang pemilik toko, “Tahukah Anda apa ini?” Sang pemilik menjawab, “Tentu saja. Itu adalah bebek beku.” Ingvar mengatakan sebelum menjadi seperti itu, bebek-bebek tersebut memiliki bulu-bulu. Ia pun bertanya kepada sang pemilik toko di mana bebek-bebek tersebut diproduksi.

Setelah sampai ke lokasi, Ingvar melihat bulu-bulu tadi hanya menjadi limbah. Ia pun membeli bulu-bulu itu dan menjadikannya produk baru seperti bantal dan lain sebagainya. “Begitulah cara IKEA berpikir beda. Cara memandang harga bahan baku tidak selalu harus mengikuti cara tradisional yang selama ini ada. Dengan menekan harga produksi, Anda bisa menawarkan harga yang lebih rendah kepada pelanggan,” pungkas Mark.

Related