Kolaborasi, Cara Dorong Kontribusi Sektor Pertanian

marketeers article
Dorong Kontribusi Sektor Pertanian, Kolaborasi Diperlukan (FOTO: Marketeers/Bernad)

Sektor pertanian yang menjadi poros stabilitas pangan perlu didorong dengan sejumlah langkah, salah satunya kolaborasi. Ragam tantangan yang dihadapi sektor ini mulai dari tingkat produktivitas, kualitas sumber daya manusia, tingkat sustainability, yang memperhitungkan faktor sosial dan lingkungan, hingga perubahan iklim global.

Amri Ilmma, Chief Operating Officer Yayasan Edu Farmers International memaparkan pertanian juga merupakan sektor dengan kontribusi terbesar ketiga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, yaitu sebesar 12,4% pada tahun 2022. Sebanyak 38 juta penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian, atau lebih dari 28% populasi.

“Pertanian juga merupakan sektor utama sebagai pendukung ketahanan pangan yang komponennya terdiri dari ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan nutrisi, serta stabilitas pangan,” kata dalam pembukaan Agrinnovation Conference 2023 di Menara Mandiri, Jakarta, Rabu (15/3/2023).

BACAJUGA: Bedah Tantangan Agritech, Edufarmers Gelar Agrinovation Conference

Menurutnya, apabila tantangan-tantangan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik, maka ketahanan pangan itu dapat terganggu. Di sisi lain, pada tahun 2030 Indonesia memiliki populasi hingga 294 juta jiwa.

“Oleh karena itu, kita harus terus memajukan sektor pangan di Indonesia agar ada cukup pangan bagi semua orang, pangan terjangkau bagi semua orang, pangan yang berkualitas, dan pangan yang tersedia secara stabil,” katanya.

BACA JUGA: Gandeng Chickin, Danamas Ekspansikan Bisnis ke Sektor Agrikultur

Karenanya, menurut Amri, kolaborasi menjadi kunci bagi para pemain untuk mendorong tiga hal di industri pertanian. 

“Yang pertama adalah to inspire, yaitu menyorot pentingnya sektor agrikultur dan ketahanan pangan di Indonesia, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya tantangan, kesempatan, serta terus berinvestasi dalam sektor agrikultur ini,” ujarnya.

Kemudian yang kedua adalah to connect atau menghubungkan berbagai stakeholder atau pemangku kepentingan di bidang agrikultur baik dari sektor pemerintahan, perusahaan di bidang agrikultur, startup agritech, investor, venture capital, petani, peternak, media, hingga seluruh masyarakat untuk bisa sama-sama saling terhubung dan menciptakan kolaborasi.

“Dan yang ketiga adalah to empower, di mana kami ingin memberdayakan penguda dan pemimpin agrikultur masa depan dengan memberikan akses terhadap inovasi, teknologi, dan juga pendanaan dari berbagai pihak yang terlibat di dalam sektor ini,” ucapnya.

Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian mengatakan untuk mengembangkan sektor pertanian, setiap pemangku kepentingan harus bahu membahu. Alasannya, karena pertanian merupakan sektor penting yang memiliki masalah yang cukup kompleks, sehingga penanganannya haruslah serius.

“Diperlukan minimal management system yang sesuai dengan tantangannya, tidak bisa lagi seperti dahulu. Bahkan, cuaca menjadi bagian-bagian dari tantangan yang memang tidak boleh dihadapi sendiri. Karena begitu luas, kompleks, besar,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related