Komposisi Talenta yang Pas Jadi Kunci Transformasi Perbankan

marketeers article

Industri startup di Indonesia terus berkembang pesat dan menarik perhatian para investor internasional. Tidak sedikit dari mereka mulai melirik, bahkan terlibat dalam pengembangan startup yang memang sedang dirintis oleh anak bangsa. Menyadari besarnya peluang ekosistem ini untuk terus maju, Tech in Asia kembali mengadakan Tech in Asia Conference 2019 di Jakarta.

Konferensi ini tidak hanya menjadi peluang bagi para entrepreneurs memperluas jaringan mereka. Namun, mereka juga dapat mempelajari tren baru di dunia bisnis internasional. Bank DBS Indonesia juga ikut berpartisipasi dalam acara ini dan membagikan strategi transformasi bank dengan tajuk Balancing Between Junior and Senior Talent.

“Baik junior dan senior sama-sama memiliki peluang untuk menduduki posisi strategis. Saat ini, komposisi sumber daya manusia di DBS Indonesia sendiri didominasi oleh generasi milenial. Posisi-posisi strategis pun diduduki oleh generasi milenial, sebanyak 49% menduduki posisi sebagai Vice President (VP) dan sebanyak 18% generasi milenial yang bekerja di DBS Indonesia menduduki posisi sebagai Assistant Vice President (AVP),” ujar Leonardo Koesmanto, Managing Director Head of Digital Banking Bank DBS Indonesia, Rabu (9/10/2019).

CEO DBS Bank Piyush Gupta sebelumnya pernah mengatakabn bahwa dunia perbankan perlu ditata kembali seiring dengan perkembangan zaman. Karena itu, Bank DBS Indonesia berusaha menyeimbangan talenta junior dan senior untuk mencapai transformasi perbankan. Contohnya dapat dilihat dari komposisi talenta dalam perusahaan yang mencakup lintas generasi. Baby Boomers tercatat mengisi 1%, gen X 31%, gen Y 67%, dan gen Z 1%.

Perkembangan teknologi juga memengaruhi adanya perubahan untuk merekrut talenta yang akan mengisi posisi di DBS Group. Mereka menggunakan Jobs Intelligence Maestro (JIM) di dalam proses perekrutan. Alat ini merupakan virtual recruitment AI-powered bot. Selain itu, mengadopsi startup culture, DBS Group menerapkan open workspace yang memungkinkan talent saling berinteraksi bebas.

“Kami sangat paham bahwa generasi milenial menginginkan tempat kerja yang menyediakan beragam fasilitas yang dapat mendukung perkembangan diri mereka. Selain itu, mereka juga menginginkan fleksibilitas yang tinggi dalam bekerja,” tambah Leonardo.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related