Konsep Dasar Marketing 6.0: In The Metaverse

marketeers article
Sumber: 123RF

Pemasaran terus berubah dan berkembang. Dari era Marketing 5.0, yaitu Technology for Humanity, kini menuju era baru, yaitu Marketing 6.0, In The Metaverse. Para pemasar harus bersiap untuk menyambut dunia metaverse yang sebenarnya baru dikonsepkan tahun ini.

Iwan Setiawan, CEO Marketeers menuturkan metaverse adalah the next stage of omni. Metaverse adalah dunia fisik yang di-recreate di dunia online. Oleh sebab itu, sifatnya imersif. Sebab, seakan-akan orang dapat membayangkan dirinya sedang berada di dunia nyata, namun sebenarnya berada di virtual, atau offline in online.

Fulfillment aspeknya sebenarnya sama persis dengan omnichannel. Tetapi, user interface di awal, yaitu ketika melakukan transaksi berbeda. Namun, tidak jauh berbeda. Sebenarnya, metaverse ini hanya the next stage evolution dari omnichannel,” kata Iwan dalam acara The New Marketing Trilogy Masterclass #8, Kamis (21/07/2022).

Iwan menjelaskan, terdapat tiga komponen dari metaverse. Komponen-komponen inilah yang harus dikerjakan apabila metaverse akan diwujudkan. Ketiga komponen tersebut antara lain:

The Enabler

Menurut Iwan, metaverse ini kompleks. Ada berbagai komponen teknologi yang harus dikerjakan. Pertama, Internet of Things (IoT). IoT adalah kumpulan sensor-sensor yang menangkap informasi, kemudian didigitalkan. Dalam dunia metaverse, IoT digunakan sebagai langkah tercepat untuk menciptakan dunia 3D yang terlihat sama seperti dunia nyata.

Selanjutnya, artificial intelligence (AI). “AI di metaverse ini tujuannya untuk memproses data. Karena tidak mungkin manual prosesnya. Kemudian, begitu sudah diproses, baru dibuatkan asetnya. Dibuat 3D nya seperti apa,” kata Iwan.

Kemudian, komponen teknologi lain yang harus ada adalah blockchain. Blockchain adalah jurnal yang mencatat transaksi dan segala sesuatu perpindahan aset dari satu tangan ke tangan lain. Kegunaan blockchain di metaverse tak lain adalah sebagai storage.

Setelah itu, komponen lainnya adalah Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR). Komponen ini digunakan di metaverse sebagai interface. “Semua komponen tersebut adalah enabler nya. Dengan adanya komponen-komponen tersebut, dunia virtual tersebut baru bisa dijalankan,” tutur Iwan.

The Economy

Ada beberapa building block dalam komponen ini. Pertama, content platform atau dunianya. Di Indonesia sendiri, salah satu perusahaan yang membuat content platform adalah WIR Group. Perusahaan ini membuat metaverse Indonesia dan akan diluncurkan dalam waktu dekat.

Kedua, commerce. Menurut Iwan, di dalam content platform, membutuhkan satu teknologi commerce yang akan mengatur lalu lintas transaksi. Saat bertransaksi, tentunya terdapat bukti pembelian. Inilah yang dikenal dengan Non-Fungible Token (NFT).

“Kalau bukti pembelian dalam metaverse itu NFT, cryptocurrency lah yang digunakan sebagai mata uang digitalnya. Maka dari itu, kita seringkali mendengar kalau orang bicara tentang metaverse, pasti mengarah ke AR/VR, NFT, atau crypto. Teknologinya saja dengan blockchain. Tentunya pembayaran menggunakan cryptocurrency,” ujar Iwan.

Building block lainnya, yaitu pemerintahan. Menurut Iwan, setiap dunia membutuhkan pemerintahan, baik itu dunia nyata maupun digital dan di setiap content platform, pasti ada pemerintahannya.

“Pemerintahannya ini disebut sebagai Decentralized Autonomous Organization (DAO). DAO terdiri dari komunitas yang berisikan orang-orang mengatur suatu content platform tersebut. Semua building block tersebut saya sebut sebagai The Economy, karena ada pemerintahannya, ada mata uang, sistem jual beli, ada dunianya juga,” kata Iwan.

The Experience

Dalam dunia metaverse, salah satu yang utama adalah Avatar atau Virtual ID. Menurut Iwan, selama ini Avatar hanya dianggap sebagai gambar, muka yang dikartunkan. Padahal tidak sebatas itu saja.

“Memang secara virtual hanya kartun. Tetapi, yang tersimpan di Avatar itu adalah jejak digital, perilaku di di dunia tersebut, segala transaksi yang dilakukan, usia, gender, profil demografi, dan lainnya. Semuanya tercatat dan enabler nya adalah blockchain,” tutur Iwan.

Tidak hanya Avatar saja, ada juga digital content/assets. Iwan kemudian mencontohkannya dengan suatu bank yang membuka berbagai cabang digital di suatu content platform. Berbagai cabang tersebut disebut sebagai digital content/assets. Terakhir, interaction framework.

“Ketiga building block tersebut yang saya sebut sebagai The Experience. Intinya, metaverse tidak hanya sebatas AR/VR saja seperti yang banyak orang ketahui. Ada banyak teknologi lain yang harus dikerjakan untuk membuat dan menjalankan dunia tersebut,” ucap Iwan.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related