Oleh Dimas Harry Priawan, CEO &amp; Co-Founder Dekoruma.com
Kini, tempat yang kita sebut sebagai rumah, juga menjadi kantor dan ruang kelas untuk anak bersekolah. Permintaan furnitur dengan desain hemat tempat (space-saving) dengan harga terjangkau mengalami peningkatan signifikan hampir di seluruh dunia. Di saat banyak retailer tradisional berjuang menghadapi lock down dan masalah supply chain, banyak retailer digital yang memecahkan rekor baru dalam penjualan.
Di tengah euforia penjualan furnitur, beberapa perusahaan home and living menyadari bahwa new normal mengubah perilaku konsumen secara permanen. Keuntungan yang mereka punya saat ini sedang dimanfaatkan dengan menginvestasikan jutaan dolar untuk pengembangan konsep retail baru yang kita sebut dengan New Retail.
Konsep New Retail pertama kali digunakan oleh pendiri Alibaba, Jack Ma pada tahun 2016. Ia mendeskripsikan bagaimana bisnis offline, online, payment serta logistik melebur dan menciptakan sektor retail yang mengintegrasikan keseluruhan pengalaman berbelanja dari konsumen. Istilah New Retail ini berbeda dengan Offline to Online (O2O) yang hanyalah salah satu bagian dari keseluruhan konsep.
Salah satu contoh New Retail adalah Hema Supermarket di China. Hema selintas terlihat seperti supermarket pada umumnya, tapi mereka telah menerapkan sistem cashless dan juga melayani pembelian online. Konsep ini dapat meningkatkan produktivitas toko, dan memberikan kemudahan serta kenyamanan lebih bagi para konsumen.
Industri ritel sendiri juga sudah melewati beberapa kali evolusi. Bermula dari mail-order Sear’s pada tahun 1900, lalu disusul dengan kemunculan big box Walmart di 1960, hingga akhirnya ecommerce yang dikembangkan oleh Amazon pada tahun 1990-an. Seperti yang kita tahu, e-commerce adalah salah satu industri yang berkembang paling pesat di Indonesia.
Dekoruma sebagai perusahaan home and living berbasis teknologi di Indonesia juga telah menerapkan konsep New Retail. Mengingat, konsep ini bisa menjadi jembatan untuk mempersiapkan bisnis digital di masa depan dan yang terpenting, bisnis dapat terus menjadi relevan dan mendekatkan diri dengan konsumen.
Pertama, New Retail memungkinkan brand dan retailer memiliki area offline lebih kecil dan lokasi di luar mal. Generasi pertama dari retailer home and living sering kali memiliki toko dengan luas hingga ribuan meter. Melalui big data, merek dapat semakin spesifik menentukan sofa dengan ukuran dan warna seperti apa yang disukai oleh konsumen dalam radius satu kilometer dari area lokasi toko. Merek juga dapat membuat display produk yang ditata sesuai dengan hunian yang ada di sekitar toko. Staf toko juga dapat membantu cross-selling atau up-selling melalui aplikasi e-commerce yang  memiliki katalog produk yang tidak terbatas.
Kedua, New Retail juga memungkinkan konsumen untuk mendapatkan pengalaman belanja yang seamless, mulai dari pembelian produk satuan, hingga melakukan renovasi interior rumah. Sebelumnya, bisnis ritel home living dan interior selalu menjadi dua bisnis serta proses yang berbeda.
Desainer akan memulai pekerjaan desain rumah dengan mengambil objek 3D yang diunduh melalui Google. Kemudian, desainer dan konsumen akan mengunjungi puluhan toko furnitur untuk mencari produk yang mirip dengan apa yang di desain. Proses panjang yang melelahkan ini dapat dibuat lebih efisien dengan menggunakan SOMA, aplikasi desain interior yang mirip dengan game The Sims.
Aplikasi SOMA hadir untuk mendesain interior atau furnitur rumah Anda dengan produk asli dan harga yang sebenarnya. Konsumen dapat bertemu dengan para desainer di experience center terdekat untuk melihat ratusan variasi produk furnitur berbeda dan material interior.
Terakhir, New Retail juga dapat menjadi sebuah channel distribusi yang lebih murah dengan jangkauan yang lebih luas melalui konsep mini fulfillment center. Biasanya, e-commerce tradisional akan mengirimkan pesanan konsumen dari gudang sentral langsung ke rumah konsumen. Proses ini sangat efisien untuk melayani permintaan dalam kota besar. Dengan mengubah toko offline menjadi mini fullfilment center, konsumen bisa mendapatkan produk yang diinginkan lebih cepat dengan biaya pengiriman lebih murah, terutama dengan meningkatnya jasa logistik on-demand.
New Retail memberikan alternatif investasi di dunia digital yang membantu meningkatkan produktivitas toko menjadi lebih tinggi, harga sewa yang lebih murah, serta pengalaman konsumen yang jauh lebih baik, dengan modal yang tidak setinggi digital-only. Di atas itu semua, New Retail membantu merek dan peritel untuk tetap relevan menghadapi perkembangan teknologi ke depannya.
&nbsp;
*Artikel ini merupakan kerjasama Marketeers dan GDP Venture
Editor: Eko Adiwaluyo

Konsep New Retail di Industri Home and Living Indonesia

Related