Konsumsi Baja Naik 20% pada 2050, Ma’ruf Amin Dorong Produksi Lokal

marketeers article
Ilustrasi pabrik baja. Sumber gambar: 123rf.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin mendorong industri baja dalam negeri untuk menggejot produksinya seiring dengan jumlah konsumsi yang meningkat. Diperkirakan konsumsi baja domestik dan internasional akan meningkat sebesar 20% pada 2050.

Ma’ruf menjelaskan peningkatan konsumsi baja didorong oleh masifnya pembangunan yang dilakukan hampir di seluruh negara. Oleh karena itu, industri baja berperan vital dalam menyokong pertumbuhan sebuah negara.

BACA JUGA: Hilirisasi Berjalan Optimal, Ekspor Baja Melonjak 20 Kali pada Tahun 2021

“Jangan sampai kebutuhan yang besar ini dipenuhi dari impor” kata Ma’ruf saat meresmikan Pabrik PT Lautan Baja, di Kawasan Industri Balaraja Mas Kabupaten Tangerang, Banten, Jumat (29/9/2023).

Menurutnya, industri baja adalah pendukung utama pembangunan infrastruktur yang saat ini sedang berkembang untuk memenuhi kebutuhan pembangunan strategis. Di antaranya meliputi pembangunan jalan tol, bandara, pelabuhan, jalur kereta api, pembangkit listrik, kilang minyak, dan termasuk proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

BACA JUGA: Industri Baja Nasional Mengalami Surplus US$ 6,1 Miliar pada Tahun 2021

“Dalam lima tahun terakhir kebutuhan baja nasional terus meningkat hingga lebih dari 40%,” ujarnya.

Sebagai informasi, Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengekspor besi dan baja seberat 15,62 juta ton pada 2022. Volume itu meningkat 13,1% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy)

Adapun nilai total ekspor tersebut mencapai US$ 28,48 miliar. Cina menjadi negara tujuan utama ekspor besi dan baja Indonesia pada 2022, dengan volume mencapai 8,33 juta ton atau 8,38% dari total ekspor nasional.

Nilai ekspor besi dan baja ke Negeri Tirai Bambu itu mencapai US$ 18,97 miliar. Negara tujuan ekspor besi dan baja terbesar selanjutnya adalah Taiwan dengan volume 1,31 juta ton dan nilai US$ 2,19 miliar, lalu India dengan volume 589,1 ribu ton senilai US$ 1,31 miliar.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related