Konten viral bertema anomaly seperti “Tung Tung Tung Sahur” belakangan marak bertebaran di media sosial. Meski terlihat lucu, konten yang menggabungkan gambar-gambar tak lazim seperti perpaduan antara manusia dan benda mati ini bisa berdampak negatif pada anak.
Hal tersebut dijelaskan oleh Nur Ainy Fardana Nawangsari, dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (UNAIR). Menurutnya, konten anomali seperti “Tung Tung Tung Sahur” pada dasarnya berpotensi memengaruhi pola pikir sekaligus psikologis anak.
“Anak-anak sedang berada pada fase perkembangan imajinasi. Mereka menyukai hal-hal yang menarik secara visual. Namun, jika terlalu sering terpapar konten yang absurd dan tidak logis seperti ini, justru dapat mengganggu proses berpikir realistis mereka,” ujar Ainy, dikutip dari unair.ac.id, Senin (2/6/2025).
BACA JUGA: 5 Tips Mengatasi Stres akibat Gagal dalam Ujian
Ia menjelaskan bahwa anak berpotensi mengalami kesulitan dalam memahami realitas jika terlalu sering menyerap konten yang tak sesuai dengan dunia nyata. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menghambat perkembangan kemampuan berpikir logis dan pemrosesan informasi yang sehat.
Lebih dari itu, Ainy menyebut anak yang kecanduan konten digital dengan intensitas tinggi bisa mengalami gangguan psikologis seperti sulit berkonsentrasi, mudah terdistraksi, hingga menurunnya daya ingat.
“Secara fisik, kecanduan konten-konten brain rot juga berpotensi menyebabkan gangguan tidur, kelelahan mata, hingga nyeri pada leher akibat terlalu lama menatap layar,” imbuhnya.
BACA JUGA: Tips Menjaga Kesehatan selama Musim Pancaroba
Agar anak tak terjebak dalam konsumsi konten yang berisiko, Ainy pun menekankan pentingnya keterlibatan aktif orang tua. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah membatasi waktu penggunaan gawai, serta memberikan pendampingan saat anak menonton konten digital.
“Orang tua perlu selektif dalam memilihkan tontonan, serta memberikan penjelasan tentang mana konten yang baik dan mendidik. Anak juga harus diarahkan untuk lebih banyak berinteraksi di dunia nyata agar kemampuan sosial dan emosionalnya berkembang optimal,” sarannya.
Editor: Bernadinus Adi Pramudita