Kuartal IV Tahun 2022, Laba Bersih H&M Turun 68%

marketeers article
Perkiraan Laba Meleset, H&M Lakukan Efisiensi Besar-besaran. (FOTO: 123rf)

H&M, perusahaan ritel fesyen asal Swedia melaporkan laba bersih yang mengalami penurunan 68% pada kuartal IV tahun 2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Hal ini disebabkan melonjaknya bahan baku dan logistik yang semuanya tidak dibebankan langsung kepada konsumen.

Helena Helmersson, Chief Executive Officer (CEO) H&M mengatakan tidak adanya penyesuaian harga dilakukan perusahaan untuk mempertahankan pangsa pasar. Kondisi makin diperburuk dengan ditutupnya gerai di Rusia akibat sanksi yang diambil lantaran invasi ke Ukraina.

Secara keseluruhan, H&M harus menanggung kerugian sebesar 864 juta Kroner (mata uang Swedia) atau setara dengan 80 juta Euro. Nilai tersebut setara dengan Rp 1,3 triliun (kurs Rp 16.280 per Euro).

BACA JUGA: Perkiraan Laba Meleset, H&M Lakukan Efisiensi Besar-besaran

“Ada biaya tinggi untuk meninggalkan Rusia, nilai tukar yang mengecewakan, dan bahan mentah atau bahan baku yang lebih mahal menjadi penyebab kerugian H&M,” kata Helena dilansir dari retaildetail.eu, Selasa (31/1/2023).

Menurutnya, dengan performa bisnis yang terus memburuk kebijakan untuk melakukan efisiensi pun tak terhindarkan. Tercatat, sebanyak 1.500 pekerja harus kehilangan pekerjaannya di wilayah Eropa.

Meskipun penjualan secara keseluruhan mengalami kenaikan 12%, kondisi eksternal bisnis menyebabkan laba turun. Apalagi, Dolar Amerika Serikat (AS) berada pada titik tertinggi sepanjang masa karena naiknya suku bunga yang dilakukan The Fed untuk menekan inflasi.

BACA JUGA: H&M Buka Toko Pertamanya di Metaverse, Konsep Ritel Berubah?

“Gabungan semua faktor internal maupun eksternal, H&M harus kehilangan 5 miliar Euro. Kami mengharapkan peningkatan performa bisnis pada tahun 2023, baik dari sisi penjualan maupun profitabilitas,” ujarnya.

Sebelumnya, H&M memutuskan untuk memangkas beban biaya hingga 2 miliar Kroner atau setara US$ 177 juta menyusul raihan laba yang lebih rendah dari perkiraan. Raksasa ritel fesyen terbesar kedua dunia itu melaporkan adanya lonjakan biaya produksi, daya beli konsumen yang turun, hingga dampak bisnis saat keluar dari Rusia.

H&M tidak memerinci sektor-sektor mana saja yang akan difokuskan untuk diefisiensikan. Namun, dari pemangkasan biaya yang dijalankan, hal itu bisa optimal pada paruh kedua tahun 2023. 

Pengumuman itu membuat harga saham perusahaan ritel H&M turun sekitar 7% pada awal perdagangan.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related