Kunci Shifting Bisnis Reska Manfaatkan Aset Ketika Bisnis Lesu

marketeers article
Innovation concept break out from the vicious circle. New vision and perspective concept. Stop go in circles and leave the old ways behind.

Kebijakan pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan sosial termasuk penggunaan transportasi umum membuat banyak pihak yang bisnisnya bergantung di sana ikut terhenti. Salah satunya adalah anak usaha dari PT. KAI, PT Reska Multi Usaha (Reska). Pasalnya, mayoritas pendapatan Reska berkaitan dengan operasional kereta api. Pada tahun 2020, omzet Reska mengalami penurunan drastis, puncaknya pada bulan April dan berlanjut di bulan Mei.

Selama pandemi, Reska menjalankan strategi shifting untuk memanfaatkan aset yang mereka miliki. Shifting dilakukan dengan menggunakan beragam platform digital. Pertama, dengan WhatsApp center untuk menerima pesanan produk lewat WhatsApp. Kedua, untuk memaksimalkan jangkauan kepada pelanggan, Reska juga meluncurkan chatbot yang dinamakan TeRe atau Teman Reska.

Tidak hanya berinovasi dengan dua cara tersebut, melihat kebiasaan pelanggan yang terbiasa menggunakan aplikasi untuk berbagai kebutuhannya, Reska kemudian menghadirkan aplikasi Lokomart. Tetapi, aplikasi tersebut untuk saat ini baru bisa diakses Android.

“Karena perubahan situasi, kami memiliki waktu terbatas namun dituntut untuk beradaptasi dengan cepat,” ujar Direktur Utama PT Reska Multi Usaha (Reska) Muhammad Sahli pada acara webinar Industry Roundtable, Surviving The Covid-19, Preparing The Post: Retail Industry Perspective yang diselenggarakan MarkPlus, Selasa (09/06/2020).

Ia menyadari pengguna sistem lain belum bisa mengakses aplikasi ini. Sebab itu, ia membuka situs lokomart.id. Dan ke depannya, berencana meluncurkan platform e-commerce, Lokolaku.

Dalam aplikasi dan situs Lokomart, Reska menyediakan berbagai layanan dari bidang bisnis yang dimiliki dengan memanfaatkan para karyawan yang idle karena berhentinya operasional kereta api. Jadi, tidak hanya bisa memesan makanan yang biasa dimakan ketika bepergian dengan moda transportasi ini, pelanggan juga bisa mendapatkan layanan lainnya.

“Sebelumnya, mereka yang melakukan laundry bertanggungjawab untuk pencucian selimut serta sarung penutup tempat duduk dan bantal. Namun, karena kereta tidak beroperasi maka kami melakukan shifting pekerjaan mereka. Demikian pula dengan layanan Resclean, kami memberdayakan karyawan kami yang idle untuk homecleaning,” pungkas Sahli.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related