Laba Bersih BCA Sentuh Rp 20 Triliun di Kuartal III 2020

marketeers article

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatatkan perolehan laba bersih pada kuartal ketiga tahun 2020 mencapai Rp 20 triliun. Angka tersebut turun sekitar 4,2% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp 20,9 triliun. Sementara itu, laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) mengalami peningkatan sebesar 13,5% tahunan menjadi Rp 33,8 triliun.

Penurunan laba bersih disebabkan karena meningkatnya biaya pencadangan perusahaan. Menurut Hera F. Haryn, Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA mengatakan, biaya pencadangan naik dari sebelumnya Rp 5,6 triliun menjadi Rp 9,1 triliun.

BCA juga mencatat total kredit sebesar Rp 581,9 triliun, turun 0,6% tahunan per September 2020. Pertumbuhan positif pada kredit korporasi menopang penyaluran kredit BCA secara keseluruhan di tengah pelemahan kredit segmen lainnya. Kredit korporasi tercatat sebesar Rp 252 triliun, meningkat 8,6% YoY, sementara kredit komersial dan UKM turun 4,9% YoY menjadi Rp 182,7 triliun.

Pada portofolio kredit konsumen, KPR turun 3,1% YoY menjadi Rp 89,3 triliun dan KKB turun 19,3% YoY menjadi Rp 38,6 triliun. Saldo outstanding kartu kredit turun 18,5% YoY menjadi Rp 10,9 triliun. Total portofolio kredit konsumen turun 9,4% YoY menjadi Rp 114,7 triliun.

Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk mengatakan, pada sisi penyaluran kredit, BCA berfokus untuk membantu nasabah dalam merestrukturisasi kreditnya sejak awal pandemi.

“Sampai dengan pertengahan Oktober 2020, BCA memproses Rp 107,9 triliun pengajuan restrukturisasi atau sekitar 19% dari total kredit yang berasal dari 90 ribu nasabah. Total kredit yang direstrukturisasi pada akhir 30 September 2020 adalah sebesar Rp 90,7 triliun atau 16% dari total kredit pada semua segmen,”  jelas Jahja.

Dari sisi pendanaan, BCA berhasil mencatat kinerja yang solid pada sembilan bulan pertama 2020. CASA tumbuh 16,1% YoY, mencapai Rp596,6 triliun, menghasilkan total dana pihak ketiga dengan pertumbuhan sebesar 14,3% YoY menjadi Rp780,7 triliun.

“Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 8,8% YoY mencapai Rp184,1 triliun. Pertumbuhan dana pihak ketiga yang solid tersebut telah mendukung pertumbuhan total asset BCA menembus level seribu triliun atau tepatnya Rp 1003, 6 Triliun, meningkat 12,3% YoY,” tambah Jahja.

Meski pada laporan laba rugi pendapatan bunga BCA mengalami pertumbuhan yang stagnan, BCA mencatat pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 9% YoY menjadi Rp 40,8 triliun selama sembilan bulan pertama tahun 2020.

Jahja mengatakan, pertumbuhan pada pendapatan bunga bersih ditopang oleh beban bunga yang rendah. BCA juga telah menurunkan suku bunga berbagai produk pendanaan, sejalan dengan kebijakan suku bunga renda dari Bank Indonesia.

BCA juga optimistis rasio keuangannya berada pada kondisi yang kuat untuk melewati pandemi yang berkepanjangan, dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 24,7% pada September 2020, lebih tinggi dari ketetapan regulator, dan rasio LDR yang sehat sebesar 69,6%.

Rasio kredit bermasalah (NPL) BCA terjaga pada level 1,9% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 1,6%. Rasio pengembalilan terhadap aset (ROA) tercatat sebesar 3,4% dan pengembalian terhadap ekuitas (ROE) sebesar 16,9% pada sembilan bulan pertama tahun 2020.

“Pandemi COVID-19 tidak hanya menciptakan tantangan di berbagai aspek, namun juga mengharuskan kita untuk mengelola ketidakpastian. Terlepas dari tantangan-tantangan yang ada, pandemi juga memberikan peluang dalam meningkatkan layanan digital kami untuk dapat melayani nasabah dengan lebih baik,” tutup Jahja.

Related