Laba Tesla Anjlok Usai Elon Musk Masuk Politik

marketeers article
Laba Tesla Anjlok Usai Elon Musk Masuk Politik (FOTO: 123RF)

Tesla, perusahaan kendaraan listrik yang dipimpin oleh Elon Musk, mengalami penurunan laba paling tajam dalam beberapa tahun terakhir. Dalam laporan keuangan untuk kuartal I 2025, tercatat bahwa laba Tesla turun hingga 71% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Laba bersih Tesla hanya mencapai US$ 409 juta, jauh di bawah ekspektasi pasar. Pendapatan total perusahaan juga turun menjadi US$ 19,3 miliar, atau turun sekitar 9% dari tahun lalu.

Dirangkum dari Gizmodo, penurunan laba dan pendapatan ini terjadi di tengah sejumlah masalah besar yang sedang dihadapi Tesla dan Elon Musk secara pribadi. Salah satu isu utama yang diduga menjadi penyebab anjloknya kinerja keuangan Tesla adalah keterlibatan Musk dalam pemerintahan Presiden Donald Trump.

Musk saat ini menjabat sebagai pimpinan lembaga baru bernama Department of Government Efficiency (DOGE), sebuah departemen yang dibentuk oleh Trump untuk memangkas birokrasi dan efisiensi pemerintahan. Namun, kehadiran Musk dalam jabatan ini justru menuai kecaman luas dari berbagai kalangan.

Selama beberapa bulan terakhir, Musk menjadi sorotan publik karena pernyataan-pernyataannya yang provokatif dan dukungannya terhadap kebijakan politik yang sangat kontroversial. Akibatnya, citra Tesla sebagai perusahaan teknologi bersih dan ramah lingkungan mulai ternoda.

BACA JUGA: Tesla Recall 125.227 Unit Kendaraan di Amerika Serikat

Banyak konsumen dan investor yang memutuskan untuk menjauh dari Tesla, bahkan muncul gerakan boikot global terhadap produk-produk Tesla. Beberapa showroom Tesla juga mengalami aksi vandalisme dan protes dari kelompok-kelompok masyarakat yang menolak keterlibatan Musk dalam pemerintahan.

Dalam konferensi bersama investor yang berlangsung setelah laporan keuangan dirilis, Musk dilaporkan terdengar tidak seperti biasanya. Biasanya penuh percaya diri dan bersemangat, dalam laporan Musk disebut berbicara dengan nada yang lesu dan terdengar murung.

Ia mengakui bahwa Tesla sedang berada dalam masa sulit, namun tetap mencoba menenangkan para investor dengan menyampaikan sejumlah rencana masa depan. Salah satu rencana yang diumumkan Musk adalah peluncuran layanan taksi otonom di Austin, Texas, pada bulan Juni 2025.

Namun, layanan ini akan menggunakan mobil Model Y standar, bukan kendaraan Cybercab yang sebelumnya dijanjikan oleh Musk sebagai armada khusus taksi tanpa sopir masa depan. Hal ini menimbulkan kekecewaan di kalangan investor karena dianggap sebagai kemunduran dari janji-janji ambisius Tesla dalam bidang kendaraan otonom.

Hal lain yang disorot dalam laporan keuangan adalah kenyataan bahwa sebagian besar keuntungan Tesla pada kuartal ini berasal dari penjualan kredit karbon, yang menyumbang US$ 595 juta. Tanpa pemasukan dari kredit karbon ini, Tesla kemungkinan besar akan melaporkan kerugian operasional.

Dalam sesi tanya jawab dengan para investor, Musk sempat menyalahkan pihak-pihak tertentu atas kemerosotan Tesla.

BACA JUGA: Rencana Elon Musk Ganti Karyawan Tesla Dengan Robot

Ia menyebut bahwa ada kelompok yang secara aktif mendanai kampanye untuk menjatuhkan dirinya dan Tesla. Ia juga mengeklaim pengurangan subsidi pemerintah dan pembongkaran lembaga-lembaga tertentu membuat banyak orang kehilangan keuntungan yang selama ini mereka nikmati, sehingga mereka berbalik menyerangnya.

Meski demikian, Musk mengatakan akan mundur dari peran aktifnya di DOGE setelah bulan Mei, meskipun tetap akan mendukung Presiden Trump hingga akhir masa jabatannya. Namun, hal ini belum cukup untuk meredakan kekhawatiran investor dan publik mengenai arah masa depan Tesla.

Saat ini, banyak pengamat dan analis mempertanyakan apakah Musk masih mampu memimpin Tesla keluar dari krisis tersebut atau justru keterlibatannya di dunia politik akan terus menenggelamkan perusahaan yang dulu dianggap sebagai pelopor kendaraan listrik dan teknologi ramah lingkungan.

Tesla kini berada di titik kritis. Jika tidak ada perubahan arah yang signifikan, baik dari sisi manajemen, komunikasi publik, maupun strategi bisnis, perusahaan bisa saja kehilangan posisi dominannya di pasar kendaraan listrik global.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS