Langkah Starbucks Setelah Buka 200 Gerai di Indonesia

marketeers article

Akhir tahun 2014 lalu mungkin menjadi hari bersejarah bagi PT Sari Coffee Indonesia, pengelola jaringan kedai kopi Starbucks. Pasalnya, kedai kopi asal Seattle Amerika Seikat ini merayakan pembukaan gerai ke-200 nya di Indonesia. Milestone ini dicapai Starbucks selama 12 tahun, atau sejak gerai pertamanya dibuka di Plaza Indonesia pada 2002 silam.

Gerai ke-200 Starbucks terletak di Lantai Dasar Lotte Shopping Avenue, sekaligus menjadi gerai kedua Starbucks di mal milik Ciputra Group itu. Gerai berkapasitas 200 orang ini mengusung konsep interior bergaya modern-lokal. Selain dindingnya dilapisi motif batik, juga dihiasi mural bergambar biji kopi arabika dari Sumatera.

Direktur Starbucks Indonesia Anthony Cottan mengatakan, pihaknya ingin menjadikan Starbucks sebagai a way of life, di mana konsumen bisa bertemu dengan teman mereka, bersantai, maupun mengekplorasi minuman kopi terbaru. Karena alasan itulah, Starbucks membutuhkan gerai dengan lahan yang lebih luas, sehingga dapat mengakomodir kebutuhan konsumennya.

“Gerai ke-200 ini seluas 300 m2, meliputi area indoor dan outdoor. Kualitas mal ini juga baik. Jika gerai Starbucks Reserve Grand Indonesia adalah beautiful store, gerai ini adalah lifestyle store,” papar Anthony, Kamis (18/12/2014).

Lebih lanjut, Anthony mengatakan tahun depan Starbucks akan membuka setidaknya 25 gerai baru. Sebagian besar gerai itu masih terletak di Jakarta. Sisanya berada di kota-kota baru di Indonesia. Dengan begitu, kata Anthony, untuk bisa melipatgandakan jumlah gerainya menjadi 400 unit, maka paling tidak Starbucks membutuhkan waktu sekitar delapan tahun. Atau terealisasi pada tahun 2022.

“Ke depan, kami akan ciptakan konsep community store, yaitu gerai dengan desain sentuhan lokal dan memiliki misi sosial di lingkungan gerai itu berada. Jadi, kami akan sisihkan hasil dari penjualan kami untuk membantu komunitas di lingkungan sekitar yang menyangkut pendidikan, kesehatan, pemberdayaan kerja, dan isu-isu sosial lain,” tutur Anthony.

Starbucks community store sendiri telah lebih dulu berjalan di Amerika Serikat. Di luar Paman Sam, gerai serupa telah beroperasi di Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Anthony berharap, community store ini dapat menjaring lebih banyak komunitas dan membuat citra Starbucks bukan lagi sebatas perusahaan internasional. “Lebih dari itu, kami ingin konsumen mengatakan; My Starbucks is my neighborhood,” katanya.

Komunitas memang menjadi perhatian Starbucks akhir-akhir ini. Tanpa disadari, Starbucks pun melakukan segmentasi pelanggan berdasarkan tipe komunitas. Mulai dari komunitas orang kantoran, anak kuliah, penghuni apartemen, pebelanja, hingga komunitas pengguna Commuter Line adalah target konsumen Starbucks. Keberadaan komunitas ini turut mempengaruhi pemilihan lokasi gerai baru Starbucks di Indonesia.

“Seperti gerai kami di GF Lotte Shopping Avenue yang menggaet kalangan perkantoran dan pebelanja. Mereka bisa menuju gerai ini hanya dalam lima menit. Karena macet terjadi dimanapun, konsumen pun menginginkan akses yang cepat dan mudah. Selain itu, mereka nomor satu mencari kenyamanan,” ungkap Anthony.

Luncurkan e-Starbucks
Salah satu misi yang belum dicapai Starbucks Indonesia adalah mengembangkan sistem pembayaran mobile (mobile money). Menanggapi hal itu, Anthony menyatakan Starbucks Indonesia segera akan meluncurkan aplikasi mobile yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran di gerai.

“Kami akan luncurkan aplikasi itu tahun depan. Namun kami masih belum tahu kapan tanggal resminya. Dengan aplikasi itu, kami yakin transaksi akan jauh lebih cepat dan pelanggan tak perlu repot-repot membawa uang tunai,” ucapnya.

Anthony menambahkan, uang tunai masih mendominasi pembayaran di Starbucks Indonesia yaitu di atas 50%. Sebagian lainnya menggunakan kartu debit, kredit, dan Starbucks Card. Di Amerika sendiri, setelah diluncurkan pada kuartal pertama 2013, Starbucks mobile payment tumbuh 50% setiap tahun.

Related