Lewat Retro Branding, PUMA Rayakan Kekayaan Warisan Masa Lalu

marketeers article
Sumber: 123RF

Dalam dunia pemasaran yang terus berkembang pesat, keberhasilan suatu merek tidak hanya bergantung pada inovasi teknologi, tetapi juga pada kemampuan untuk menggali dan merayakan kekayaan warisan masa lalu. 

Salah satu pendekatan yang telah membuktikan kesuksesannya adalah strategi retro branding. Dengan menghidupkan kembali elemen-elemen ikonik dari masa lalu, merek dapat menciptakan koneksi emosional dengan konsumen, sambil menarik perhatian generasi baru.

Hal ini seperti yang dilakukan oleh PUMA dalam kampanye-kampanye gaya retro yang merek tersebut luncurkan. Sebagai merek yang berdiri pada tahun 1948, PUMA memandang sejarah panjangnya sebagai modal untuk merangkul konsep retro dalam kampanye mereka. 

Merek ini, misalnya, melakukan kampanye retro untuk peluncuran Koleksi Sneaker Teveris Nitro. Dalam kampanye tersebut, PUMA mengangkat kembali gaya berbusana Y2K yang populer digunakan pada tahun 2000-an, menghadirkan nostalgia masa lalu. 

“Acara peluncuran pun kami lakukan di sebuah bowling alley, dengan dekorasi serta aktivitas yang sesuai dengan tema Y2K tersebut,” kata Anindita Sosrodimulyo, Senior Executive, Marketing PUMA Indonesia.

BACA JUGA: Puma Berhenti Sponsori Timnas Israel pada Tahun 2024

Anindita juga menyampaikan strategi retro branding ini dilakukan karena PUMA melihat bahwa tren masa lampau mendapatkan popularitas dalam beberapa tahun terakhir. Ini menjadi kunci untuk menarik perhatian konsumen, baik senior yang mengingat tren masa lalu dengan nostalgia, maupun generasi muda yang tertarik dengan tren klasik yang diangkat kembali. 

Strategi retro branding yang dilakukan PUMA juga disesuaikan dengan tempat di mana kampanye dilakukan, dan pada konteks ini adalah Indonesia. Sebagai contoh, dalam pembukaan flagship store terbesar PUMA di Indonesia, merek ini berupaya untuk membawa tema Jakarta pada tahun 80-an.

“Mulai dari dekorasi, seperti Bajaj yang populer pada masa itu, camilan tahun 80-an, hingga komponen-komponen visual dalam aset-aset promosi kami yang menyesuaikan dengan tema tersebut untuk benar-benar menghadirkan konsep kampanye yang hyperlocal,” ujar Anindita.

BACA JUGA: Rahasia Retro Branding EIGER: Klasik yang Tetap Trendi

Anindita mengungkap tujuan dari strategi yang dilakukan PUMA ini tidak lain adalah untuk menggaet lebih banyak segmen masyarakat melalui komunikasi yang unik, relevan, dan dekat dengan keseharian konsumen. Merek ini ingin mempromosikan produknya dengan cara yang kreatif, interaktif, dan memorable

Oleh sebab itu, elemen-elemen seperti lokalisasi kampanye dan penggunaan elemen retro lokal menjadi kunci dalam mencapai tujuan tersebut.

“Ke depannya, kami akan terus mengeksplorasi inovasi dan kolaborasi terbaru untuk menghadirkan produk terbaik bagi konsumen. Tidak hanya itu, kami juga akan membawa kembali model lama unggulan PUMA yang disesuaikan dengan tren masa kini, sehingga lebih modern dan relevan,” tutur Anindita.

Dengan strategi retro branding yang terukur dan terintegrasi, PUMA menjadi merek yang menghadirkan pengalaman berbelanja yang tak terlupakan. Memperlihatkan bahwa menggabungkan nostalgia dengan inovasi adalah kunci sukses dalam dunia pemasaran modern.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related