Lima Bekal Hermawan Kartajaya Bagi Pemasar Agar Siap Hadapi Tahun 2024

marketeers article
Foto: dok MCorp

Masa depan tidak bisa distop alias unstoppable dan tidak ada siapa pun yang mampu menghentikannya. Oleh karena itu, pemasar harus menyiapkan strategi adaptif untuk menghadapinya, khususnya untuk masa paling dekat, yakni tahun 2024. Hal ini disampaikan oleh Hermawan Kartajaya, Founder & Chairman MCorp, saat memaparkan Indonesia Marketing Outlook 2024 di  The Annual 18th MarkPlus Conference 2024 bertajuk Unstoppable Future di Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place, Kamis (7/12/2023).

Hermawan membagikan lima strategi NSTOP bagi pemasar dalam menghadapi tahun 2024 yang juga sebagai tahun politik. Strategi pertama adalah unifikasi (N). Di era sekarang, online dan offline sudah menyatu dalam lanskap imersif.

Hal ini selaras dengan buku Marketing 6.0 The Future is Immersive yang ditulis oleh Philip Kotler, Hermawan Kartajaya, dan Iwan Setiawan yang diluncurkan pertama kali di MarkPlus Conference tersebut. Telah terjadi pergeseran relasi online-offline, dari multi (online atau offline), omni (online dan offline), dan meta (online di dalam offline dan sebaliknya alias imersif).

Strategi kedua adalah Sustainability (S). Menurut Hermawan, pada tahun 2024, pemasar tidak boleh terjebak hanya mikirin politik – mengingat politik sebagai pilihan masing-masing – tetapi harus memikirkan juga strategi keberlanjutan dan imersif. Keberlanjutan ini mengacu pada SDGs yang terdiri dari lima pilar, yakni People, Planet, Prosperity, Peace, dan Partnership.

BACA JUGA: Hermawan Kartajaya: Tahun Politik, Perusahaan Butuh Skenario Kuat

“Tidak boleh ada orang yang ditinggalkan dan prosperity harus dibangun sebagai profit untuk semua. Di sini, partnership sangat penting karena kita tidak bisa menyelamatkan people dan planet serta menciptakan peace dan prosperity sendirian. Kita harus berkolaborasi,” kata Hermawan.

Sekarang ini, banyak merek besar sudah mengarah pada prinsip-prinsip SDGs. Oleh karena itu, merek-merek kecil termasuk UKM sebaiknya juga mulai mengarahkan diri ke sana. Hermawan berpesan, jangan menunggu menjadi besar dulu dan baru ikut SDGs karena ini merupakan syarat keberlangsungan usaha di masa mendatang. Kesadaran ini pun sudah mulai terjadi di kalangan masyarakat konsumen, terutama generasi Z yang peduli pada keberlanjutan tersebut.

“Sekarang, bila Anda tidak peduli pada green dan impact, tidak seorang pun akan peduli pada bisnis dan produk Anda. Tidak seorang pun akan melakukan investasi pada bisnis Anda, dan bahkan konsumen juga tak akan membeli produk bila perusahaan tidak peduli pada green dan impact. Artinya, kalau kita tidak SDGs, kita akan ditinggalkan oleh para stakeholder utama,” kata Hermawan.

BACA JUGA: Mengenal Istilah Inner Development Goals (IDGs) dan 5 Dimensi Pembentuknya

Strategi ketiga adalah Teknologi (T). Hermawan menegaskan bahwa manusia harus bisa mengontrol teknologi. Bila tidak dikontrol, teknologi akan berpotensi menimbulkan kerusakan. “Jangan menolak teknologi. Namun, teknologi harus dikontrol untuk kebaikan,” tandas Hermawan.

Strategi keempat adalah Operational Excellence (O). Menurutnya, pada masa sulit dan tidak menentu, para pemasar sebaiknya membenahi operasionalnya agar semakin excellence. Perusahaan perlu membenahi Quality, Cost, Delivery, dan Service (QCDS). Hal ini dilakukan dengan integrasi semangat creativity, innovation, entrepreneurship, leadership (CI-EL) dan productivity, improvement, professionalism, management (PI-PM).

“Kualitas produk menjadi lebih bagus, harganya lebih terjangkau, delivery-nya juga lebih cepat, layanannya lebih baik,” kata Hermawan.

Strategi kelima adalah Projecting the Uncertainty (P). Saat ini perlu memproyeksikan masa depan yang tidak pasti dengan membuat beberapa skenario, khususnya untuk tahun 2024 yang juga merupakan tahun politik. Skenario untuk Indonesia, misalnya, Hermawan menawarkan empat skenario, yakni Indonesia (kondisi sekarang), Nusantara, Wakanda, atau Konoha.

“Skenario Nusantara mengacu pada kondisi masa depan Indonesia yang ideal. Sementara, Wakanda representasi negara yang sangat modern dengan aneka teknologi namun tidak maju. Yang jelas, skenario apa pun yang dipilih, prinsip imersif, SDGs, teknologi, dan operational excellence tak bisa dilewatkan,” pungkas Hermawan.

Related