LinkAja Siapkan Langkah Strategis untuk Akselerasi Inklusi Keuangan

marketeers article

Menyadari akan adanya peningkatan potensi penggunaan layanan keuangan digital membuat LinkAja semakin memperkuat dukungannya dalam memfasilitasi kebutuhan
kedua sisi sekaligus, yaitu merchant dan konsumen di dalam suatu ekosistem rantai pasok yang merupakan mitra bisnis LinkAja. Saat ini LinkAja tengah memfasilitasi transaksi keuangan digital di dalam ekosistem rantai pasok pada bisnis DigiPOS (Telkomsel), Sampoerna Retail Community (SRC), dan akan mereplikasikannya ke sejumlah ekosistem mitra strategis lainnya, terutama rantai pasok BUMN.

Lebih jauh lagi, PLT CEO LinkAja Wibawa Prasetyawan menjelaskan bahwa dengan berfokus pada ekosistem tersebut, LinkAja yakin bisa mewujudkan unit ekonomi yang baik.

“Dalam beberapa bulan terakhir saja, kami melihat adanya peningkatan pada  customer lifetime value (CLV) dan penurunan customer acquisition cost (CAC). Lalu, dengan menjadi penghubung antara merchant dan pelanggan, LinkAja tidak hanya memfasilitasi aktivitas transaksinya saja, tetapi juga memungkinkan principal untuk bisa mengetahui lebih jauh tentang para merchant. Hal ini akan memungkinkan LinkAja untuk memperluas fasilitas layanannya berupa pembiayaan,” pungkas Wibawa.

Layanan pembiayaan yang direncanakan oleh LinkAja akan diwujudkan terlebih dahulu di dalam ekosistem rantai pasok bisnis yang dijalankan oleh bisnis BUMN,
terutama di level UMKM. Ekosistem ini memiliki risiko yang lebih rendah karena ada visibilitas dari data transaksi pembayaran dan hubungan yang kuat dengan BUMN
sebagai principal.

Skema tersebut sejalan dengan strategi bisnis, dan fokus LinkAja untuk terus mewujudkan visi mengakselerasi inklusi keuangan di Indonesia melalui pelayanan finansial berbasis teknologi digital. Dengan visi besar tersebut dan fokus LinkAja dalam membenahi fundamental bisnis, akan membuat path to profitability menjadi lebih jelas dan memiliki dampak yang lebih besar. Mengenai perkembangan pembayaran elektronik semenjak diregulasi oleh Bank Indonesia lebih dari satu dekade lalu, Chief of Executive Officer Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro memberikan pandangannya sebagai pelaku jasa sektor keuangan.

“Kecepatan pengadopsian jenis transaksi elektronik di tengah masyarakat Indonesia yang tinggal di kota-kota tier satu tidak sama cepatnya dengan penduduk di wilayah lainnya. Teknologi serta infrastrukturnya sangat berpengaruh, misalnya dalam hal kepemilikan dan penggunaan ponsel pintar,” tuturnya.

Lebih lanjut lagi ia menambahkan bahwa dalam perspektif investor, besaran keuntungan yang didapatkan dari layanan pembayaran sangatlah kecil atau bahkan hampir nihil. Namun menyadari bahwa layanan ini adalah kebutuhan sehari-hari, maka menjadi langkah yang tepat untuk menumbuhkan basis pelanggan.

Terkait tren berinvestasi, Pandu Sjahrir, yang juga merupakan Board of Member Indonesia Stock Exchange menyampaikan adanya tren peningkatan berinvestasi. Dalam kurun waktu 18 bulan terakhir, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan adanya kenaikan signifikan terhadap jumlah investor retail, terutama segmen muda. Segmen ini juga lebih memiliki wawasan terhadap apa yang diinvestasikan, termasuk saham.

Yang dibutuhkan Indonesia saat ini adalah lebih banyak lagi perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa, yang memiliki kinerja yang berkualitas dan profitabilitas yang baik.
Selanjutnya juga dibahas mengenai akses ke layanan keuangan digital yang lebih luas turut diwujudkan melalui penggunaan QRIS yang difasilitasi oleh Bank Indonesia. Tujuannya agar semakin meningkatkan efisiensi transaksi secara digital sejak 2019. Hingga saat ini jumlah penggunanya sudah mengalami peningkatan hingga lebih dari 10 juta dan akses transaksi QRIS ini juga turut difasilitasi oleh LinkAja.

Upaya untuk merangkul lebih banyak konsumen dan pelaku usaha mikro dan ultra mikro membuat LinkAja harus lebih jeli dalam melihat potensinya yang tersebar luas di lingkup masyarakat yang berdomisili di wilayah tier dua dan tier tiga. Salah satu keunikan dari golongan masyarakat ini adalah ketertarikannya yang tinggi terhadap layanan keuangan syariah sehingga LinkAja berinisiatif untuk menyediakan layanan LinkAja Syariah dan sekaligus menjadi yang perdana di Indonesia untuk segmen ini.

Hingga kuartal akhir 2021, LinkAja Syariah memperlihatkan pertumbuhan yang sehat dan menjanjikan. “Kami melihat CLV yang jauh lebih besar pada layanan LinkAja Syariah, bahkan jauh melebihi layanan LinkAja reguler. Fakta ini memperlihatkan bahwa para pengguna layanan LinkAja Syariah tidak terlalu menitikberatkan preferensi penggunaan layanan berdasarkan promo atau pun diskon, tetapi lebih kepada ketenangan batin karena layanan keuangan ini memenuhi kepercayaan mereka bahwa layanan ini dikelola sesuai dengan prinsip syariah.

“LinkAja melihat adanya potensi dan peluang besar. Karena itu, LinkAja Syariah aktif melakukan digitaliasi dan kolaborasi dengan komunitas NU dan Muhammadiyah sebagai dua organisasi umat terbesar di Indonesia” ungkap Wibawa.

Related