Marketing 6.0 dan 5 Tren Pendukung Hadirnya Pemasaran Immersive

marketeers article
Iwan Setiawan, CEO MarkPlus Inc. dan Marketeers dalam pemaparannya mengenai tren pamasaran immersive. (Sumber: Marketeers/Nugraha)

Pemasaran yang immersive menjadi tren selanjutnya yang mau tidak mau harus diadopsi oleh para pelaku usaha. Tren ini ditandai dengan kehidupan masyarakat yang telah menggabungkan antara aktivitas offline dan online experience.

Iwan Setiawan selaku CEO MarkPlus, Inc. dan Marketeers menjelaskan tren ini terjadi karena adanya market shift atau perubahan pasar yang kini didominasi oleh gen Z dan gen alpha.

Selain itu, Iwan menambahkan terdapat beberapa tren yang mendukung adanya pergeseran lanskap pemasaran menjadi lebih immersive.

Iwan yang juga Co-author buku Marketing 6.0: The Future Is Immersive memaparkan terdapat micro trend yang mendukung terjadinya pemasaran immersive. Berikut ulasan selengkapnya:

BACA JUGA Marketing 6.0: Memasuki Era Imersif bersama Gen Z dan Gen Alpha

1. Short form video content

Tren short form video content telah berkembang selama beberapa tahun terakhir. Durasi konten video yang singkat kini menjadi hal yang digandrungi masyarakat. Kebiasaan ini pun membuat attention span yang makin pendek.

Di sisi lain, menurut Iwan, ada scrolling addiction di masyarakat yang menjadikan short form video ini menjadi the new long form video.

“Di micro moments mereka akan selalu consume short form content. Ada scrolling addiction. Jadi immersive cikal bakalnya salah satu dari sana,” ujar Iwan dalam acara peluncuran buku Marketing 6.0: The Future is Immersive di Jakarta pada Jumat (19/1/2024).

2. Community based social media

Perkembangan media sosial yang cukup pesat menjadikan platform tersebut bukan hanya untuk memperluas network. Faktanya, kini media sosial telah mampu menciptakan komunitas-komunitas kecil di dalamnya.

Komunitas kecil yang terbentuk dengan engagement yang lebih intimate. Bagi Iwan, tren ini menjadi salah satu karakter immersive.

“Komunitas sekarang makin mikro di dalam social media yang besar. Engagement-nya lebih intimate. Kembali intimate. Itulah salah satu karakteristik imersif yakni menjadi lebih intimate interaksinya,” ujar Iwan.

BACA JUGA Hermawan Kartajaya, Immersive Marketing, serta Pengalaman Unik di World of Frozen dan Sphere

3. Interactive e-commerce

Tren berikutnya yang mendukung pergeseran lanskap pemasaran adalah social commerce. Seperti diketahui, interaksi yang dibangun antara seller dan pembeli di platform e-commerce kini begitu digemari.

Kepercayaan masyarakat untuk belanja online yang semula cukup rendah karena minimnya interaksi dengan penjual, secara perlahan mulai meningkat karena hadirnya tren interactive e-commerce.

“Akhirnya muncul tren live stream yang menjadikan interacting e-commerce. E-commerce-nya harus ada interaction dengan pelanggan,” ucap Iwan dalam kesempatan yang sama.

4. Language based AI

Selama beberapa tahun terakhir, Artificial Intelligence tengah menjadi perbincangan di berbagai sektor industri karena kemampuannya dalam mempermudah aktivitas manusia.

Faktanya, tren teknologi ini telah dikembangkan sejak puluhan tahun lalu, tapi baru menjadi perbincangan beberapa saat ini. 

“Sudah 60 tahun, tapi kenapa baru sekarang terkenalnya? Karena AI sekarang pakai language-based yang bisa paham pada natural language,” tutur Iwan.

Tren kecanggihan teknologi ini, menurut Iwan, menjadi salah satu cikal bakal pemasaran yang harus immersive.

5. Immersive wearable device

Terakhir, menurut Iwan, tren device yang makin wearable juga menjadi sinyal pemasaran yang harus kian immersive.

Masih dalam ingatan, bagaimana besarnya ukuran device teknologi pada beberapa tahun lalu. Jika dibandingkan sekarang, ukurannya sudah makin kecil dengan segala kecanggihan teknologinya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related