Marketing dan Entrepreneurship, Jurus Pulihkan Bisnis di Masa Pandemi

marketeers article

Sudah setahun lebih pandemi COVID-19 melanda Indonesia dan dunia. Banyak pelaku industri terpukul lantaran pandemi tersebut. Mereka harus memangkas ongkos operasional, menutup fungsi- fungsi perusahaan yang tidak relevan, merumahkan karyawannya, dan bahkan sebagian terpaksa menutup bisnisnya.

Tahun 2021, setahun setelah pandemi mewabah, diklaim oleh banyak pihak sebagai tahun pemulihan. Setahun ini pula, kita melihat pandemi menjadi semacam proses seleksi alam. Yang kuat akan bertahan dan yang lemah akan hilang. Boleh dikatakan masa pandemi dengan segala gejolaknya ini menjadi momentum sekaligus batu uji bagi perusahaan untuk membuktikan dirinya tangguh menghadapi badai atau tidak.

Pada masa ini, kapasitas perusahaan untuk kreatif dan inovatif diuji. Meski demikian, di situasi ekstrem di mana wabah COVID-19 menyerang tanpa membeda-bedakan kelas dan latar belakang ini, tidak gampang bagi mereka untuk tumbuh – mengingat mampu bertahan saja sudah merupakan hal bagus bagi perusahaan. Bagi mereka yang optimitis, selalu akan ada jalan keluar dari krisis ini.

Hadirnya vaksin dan distribusi massal vaksin yang diyakini sebagai the game changer dari pandemi ini telah mengembuskan angin optimisme di semua kalangan. Tahun pertama pandemi adalah tahun adaptasi dengan situasi baru. Tahun kedua yang ditandai oleh semakin gencarnya vaksinasi merupakan momentum untuk pemulihan.

Di edisi  ini, Marketeers mengupas strategi perusahaan melakukan pemulihan. Redaksi mengangkat kisah-kisah perusahaan yang pernah terempas oleh pandemi, namun berkat strategi jitu dan cerdasnya mampu bangkit dengan cepat. Ibarat petinju, perusahaan ini pernah jatuh terpukul lawan, terkapar di atas ring, namun dalam hitungan singkat, ia bangkit kembali dan melanjutkan permainan.

Untuk bangkit, perusahaan harus mengintegrasikan strategi marketing dan entrepreneurship-nya. Keduanya menjadi kekuatan baru dalam menghadapi lanskap industri yang tidak pasti. Founder and Chairman MarkPlus, Inc. pernah mengatakan seorang entrepreneur tanpa marketing itu ibarat sopir kendaraan melintas di jalanan tanpa surat izin mengemudi (SIM). Sedangkan pemasar tanpa jiwa entrepreneurship itu ibarat pengemudi yang memiliki surat-surat lengkap tapi tidak berani dan lincah mengemudi di jalanan berkelok dan semerawut.Nah, boleh dibilang kondisi pandemi saat ini ibarat jalan yang memiliki banyak kelokan dan semerawut. Mau tidak mau, suka tidak suka, pemasar harus melewati jalanan itu bila ingin sampai tujuan.

Sudah saatnya pemasar mengandalkan semangat entrepreneurship.Semangat ini memiliki tiga elemen utama, yakni kejelian melihat peluang (opportunity seeking), keberanian mengambil risiko (risk taking), dan keluwesan dalam membangun jejaring (network collaborating). Perusahaan yang jeli melihat peluang di tengah pandemi, berani mengambil keputusan dengan segala risikonya, dan berinisiatif untuk berkolaborasi dengan banyak pihak, akan selamat dan berkembang selama pandemi.

Seperti apa praktiknya? Anda bisa membacanya di Majalah Marketeers edisi Agustus 2021. Majalah, baik versi cetak dan emagz, bisa Anda akses di Marketeers Shop. 

Related