Masyarakat Indonesia Makin Percaya Diri Tanpa Tunai

marketeers article

Pembayaran non tunai bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia. Pembayaran melalui kartu sudah biasa dilakukan. Namun, dalam perkembangannya ada pula yang dinamakan dompet digital atau e-wallet. Kini, menjadi salah satu pilihan pembayaran ketika berbelanja.

Indonesia tampak semakin siap untuk memberlakukan transaksi tanpa tunai di masa depan. Hal tersebut terlihat dari hasil studi Consumer Payment Attitudes 2018 yang dilakukan oleh Intuit Research. Riset tersebut menunjukkan jumlah konsumen yang melek digital semakin bertambah di Asia Tenggara.

Delapan dari 10 responden yang berasal dari Indonesia menyatakan bahwa mereka telah mencoba bepergian tanpa tunai. Hal itu mengindikasikan masyarakat semakin menyadari manfaat pembayaran non tunai dan mungkin berminat terus bertransaksi tanpa tunai. Kemudahan dan keamanan yang ditawarkan pembayaran non tunai  tampaknya cukup menjadi daya tarik bagi masyarakat.

“Menjalani gaya hidup non tunai menjadi lebih mudah dan menarik bagi masyarakat Indonesia. Karena, banyak opsi cara membayar, mulai dari dengan kartu, teknologi nirkontak, hingga menggunakan kode QR. Pembayaran cepat, mudah, dan aman mendorong mereka mengurangi bpenggunaan uang tunai dan memulai hidup non tunai,” ujar Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Riko Abdurrahman.

Studi yang dilakukan Intuit Research juga menunjukkan bahwa mobile commerce kini juga tumbuh dengan pesat. Hampir seluruh responed (93%) merasa nyaman dengan pembayaran melalui gawai mereka. Di Indonesia sendiri, konsumen juga banyak melakukan transaksi lewat gawai. Bukan dengan mengakses web browser tapi langsung lewat aplikasi.

Indonesia saat ini masih berada di masa pengembangan e-comerce dan sektor pembayaran. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika teknologi menjadi kompetitor bagi sistem bank yang telah ada sebelumnya. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah pembayaran dengan GO-PAY. Berawal sebagai alat pembayaran saat mendapatkan pelayanan dari GOJEK, GO-PAY kini beralih menjadi dompet digital yang dapat digunakan untuk transaksi lainnya. Seperti berbelanja di pasar swalayan hingga membeli makanan di restoran cepat saji.

Sekitar 72% responden dari riset PwC yang bertajuk “Digital Banking in Indonesia 2018” berpendapat bahwa GOJEK menjadi salah satu kompetitor dengan GO-PAY. GOJEK memiliki pasar yang besar di Indonesia. Dengan mengombinasikan kemampuan memanfaatkan data, GO-PAY berada di posisi yang unik untuk memberikan opsi pembayaran bagi pelanggan.

Meski untuk saat ini belum banyak memimpin, perusahaan telekomunikasi seperti Telkomsel, Indosat. Serta XL diperkirakan mampu memperkuat layanan dompet digital mereka. Tidak menutup kemungkinan pula mereka melakukan kolaborasi. Baik dengan perusahaan teknologi lainnya atau bank.

Sejak pertama kali diperkenalkan oleh GOJEK, GO-PAY telah mengalami pertumbuhan pesat. CEO GO-PAY Aldi Haryopratomo menjelaskan bahwa transaksi di luar layanan GOJEK bahkan telah naik 25 kali lipat. Pertumbuhan tersebut cukup signifikan, membuat GO-PAY menjadi layanan uang elektronik yang paling banyak digunakan berdasarkan riset tiga lembaga berbeda.

“Keberhasilan GO-PAY memenangkan hati masyarakat Indonesia karena kami hadir menawarkan layanan komprehensif dalam keseharian masyarakat. Tidak hanya bagi pengguna, tapi juga bagi mitra pengemudi dan rekan usaha. Kami ada dari mulai bangun tidur, berangkat kerja, pesan makan siang hingga malam. Kami hadir di manapun dan kapanpun,” ungkap Aldi.

Saat ini, GO-PAY telah bermitra dengan 28 institusi keuangan, serta diterima di lebih dari ratusan ribu rekan usaha di 370 kota se-Indonesia. Aldi menjelaskan bahwa apa yang kini sudah dicapai GO-PAY merupakan langkah awal untuk dapat merangkul semua orang kepada layanan keuangan digital. Mengingat, hingga kini masih banyak orang yang mengggunakan uang tunai dalam bertransaksi.

“Semangat kami adalah kolaborasi. GO-PAY sangat terbuka akan peluang kerja sama dengan berbagai pihak. Baik pemerintah maupun institusi keuangan untuk memaksimalkan akselerasi non tunai di Indonesia,” tutur Aldi.

Berdasarkan laporan dari We Are Social di tahun 2018, Indonesia memiliki sekitar 132 juta pengguna internet. Dari keseluruhan pengguna gawai sekitar 178 juta dan 120 juta pengguna aktif media sosial. Hal tersebut menunjukkan masyarakat mulai melek teknologi. Fakta itu juga membuat sejumlah bank menciptakan strategi untuk menghadirkan layanan berbasis gawai bagi para nasabahnya.

Kebiasaan masyarakat dalam transaksi keuangan terus berkembang. Hal itulah yang menimbulkan banyak inovasi yang menawarkan kemudahan serta berbagai kelebihan lainnya. Hal tersebut memunculkan kesimpulan bahwa untuk memenangkan pasar, maka layanan keuangan harus bisa go digital.

Related