Masyarakat Masih Butuh Edukasi Mobile Payment

marketeers article

Pertumbuhan mobile payment di Indonesia sendiri memiliki sejarah yang cukup panjang. Pada tahun 2007, masyarakat diperkenalkan layanan T-Cash dari Telkomsel. Respons yang diterima cukup baik dan hal tersebut mulai dimanfaatkan banyak pemain di industri perbankan maupun aplikasi. Satu per satu bermunculan dan ikut meramaikan industri ini.

Berdasarkan data MDI Ventures dan Mandiri Sekuritas Research, dalam kurun waktu 10 tahun, T-Cash tercatat memiliki sekitar 10 juta pengguna. Cukup sukses menggaet pasar pembayaran digital di Indonesia, T-Cash kemudian melebur menjadi layanan LinkAJa. Keputusan tersebut diumumkan pada awal tahun 2019.

Peleburan menjadi aplikasi LinkAja tampaknya menjadi langkah T-Cash untuk masuk ke persaingan opsi pembayaran lainnya, seperti OVO dan GoPay yang sama-sama berbasis aplikasi. Pertumbuhan masing-masing perusahaan cukup baik. OVO mengklaim hingga akhir pertengahan 2019, basis pengguna mereka telah tumbuh lebih dari 400% dengan aplikasi yang terpasang di angka 115 juta perangkat.

Saat ini OVO banyak digunakan untuk kebutuhan pembayaran transportasi. Namun, kerja sama dengan berbagai merchant juga ikut ambil peran dalam memperluas jangkauan OVO. Karenanya, mereka dapat hadir di banyak jaringan hingga para pelaku UKM. Kendati demikian, Harianto menjelaskan bahwa jalan untuk menggandeng lebih banyak pemain UKM masih menghadapi banyak tantangan.

Selain fokus menciptakan atau menghadirkan produk, OVO juga terus mengedukasi masyarakat, contohnya para pelaku UKM. Bantuan dari media untuk menyalurkan informasi mengenai mobile payment juga penting. Pasalnya, mengubah kebiasaan dari cara pembayaran tunai ke non tunai tidak mudah.

Kepercayaan pelaku UKM juga menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi para pemain di industri pembayaran digital. Perlu usaha lebih untuk mendapatkan kepercayaan itu. Kekhawatiran untuk takut mencoba akan terus ada jika kepercayaan belum didapatkan. Karenanya, harus ada ekosistem terbuka seperti strategic partnership.

Kerja sama dengan banyak pihak kini menjadi salah satu cara yang dilakukan GoPay untuk mendorong penggunaan sistem pembayaran nontunai oleh UKM. Agustus 2019 lalu, GoPay berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Toba Samosir mengajak pelaku UKM lokal untuk memanfaatkan teknologi pembayaran non tunai. Melalui kerja sama ini, pelaku UKM bisa mencatat riwayat transaksi usaha dengan lebih mudah, aman, dan transparan.

“UKM yang awalnya memulai bisnisnya dari usaha kecil dan rumahan mampu mengelola bisnisnya dengan lebih sistematis. Catatan keuangan yang baik ini nantinya bisa menjadi rekomendasi saat mereka membutuhkan pinjaman untuk memperluas usahanya. Di samping itu, Bank Indonesia juga memperkirakan bahwa pendapatan daerah juga bisa meningkat dengan pemanfaatan teknologi cashless,” pungkas Senior Manager City Services GoPay Aldy Harjoto.

Dengan kerja sama pemerintah dan penyedia layanan, secara tidak langsung bisa membantu meningkatkan kepercayaan terhadap layanan pembayaran digital. Meski dapat dikatakan lambat, namun penetrasi opsi pembayaran ini terus tumbuh. Berdasarkan hasil riset Nielsen Singapura bertajuk Understanding Indonesia’s Online Food Delivery Market, 82% konsumen urban di Indonesia merasa pembayaran melalui aplikasi lebih mudah. Sementara, rata-rata industri atau pelaku bisnis yang berpendapat serupa baru masuk di angka 43%.

Ketertarikan konsumen untuk menggunakan mobile payment dapat menjadi dorongan untuk pelaku usaha menghadirkan layanan tersebut. Edukasi mengenai keuntungan yang bisa didapatkan dari penggunaan layanan ini pun bisa jadi faktor penting bagi pelaku usaha mempertimbangkan untuk beralih dari pembayaran tunai ke digital.

Related