Mau Usaha? Startup Wajib Punya Pola Pikir Ini

marketeers article

Ada hal yang kerap luput dari pola pikir seseorang yang ingin memulai usaha. Hal tersebut seringkali tergilas oleh berbagai ambisi yang justru membutakan langkahnya ke depan. Ingin punya uang banyak, mobil mewah, rumah gedongan dan sederet mimpi lainnya memang tidaklah salah. Namun, ada satu hal yang sering terlupakan oleh para startup, yaitu hati.

Ya, hati. Itulah yang diyakini oleh Yansen Kamto, founder KIBAR. Menurut Yansen, pola pikir paling utama yang wajib dimiliki oleh para pebisnis pemula, yaitu menjadi manfaat untuk orang lain. Yansen menilai pentingnya para startup memulai usaha dengan niat untuk menjadi bagian dari solusi.

Yansen mencontohkan dari sejarah entrepreneur dunia yang memulai segala halnya dengan berpikir untuk orang lain. Thomas Alfa Edison, seorang yang berjasa menemukan lampu. Berangkat dari permasalahan yang ada, Thomas memberikan solusi bagi semua orang. Contoh lainnya, Henry Ford yang menciptakan mobil di masa orang-orang masih menggunakan kuda sebagai alat transportasi. “Semua inovator yang tercatat dalam sejarah dunia memulainya dengan pola pikir menjadi solusi,” kata Yansen di Conclave, Jakarta, Minggu (29/3/2015).

Di mata Yansen, seorang entrepreneur haruslah berkaca dari para inovator dunia. Ia menggarisbawahi pentingnya membawa perubahan besar untuk mengatasi permasalahan yang ada. Startup harus berpikir bagaimana memberikan perubahan dan menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi bangsa.

Pada masa sekarang, Yansen melihat Go-Jek merupakan salah satu aplikasi buatan anak negeri yang berangkat dari pola pikir menjadi solusi. Contoh yang lain, bagaimana melalui teknologi seseorang menawarkan kost yang aman bagi wanita. Pola pikir semacam itulah yang wajib dimiliki oleh para pebisnis pemula.

Bagi Yansen, Indonesia tidak membutuhkan orang-orang hebat. Yang negara ini butuhkan adalah jiwa-jiwa yang memiliki hati untuk membantu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa. “Tidak berpikir untuk mencari keuntungan semata, kita harus berpikir untuk menjadi solusi bagi masalah yang ada,” tutup Yansen.     

Related