Media Harus Tetap Jadi Clearing House of Informations di Masa Pandemi

marketeers article
79420731 newspaper with tablet on wooden table

Industri media, khususunya media cetak, menjadi salah satu industri yang terdampak oleh pandemi COVID-19 ini. Masyarakat sekarang ini cenderung membelanjakan uang untuk kebutuhan pokok saja. Sehingga, pemenuhan informasi lewat media berbayar, seperti membeli koran atau majalah, bukanlah prioritas.

“Namun begitu, setiap pelaku bisnis yang bisa menangkap peluang baru akan bisa survive. Syaratnya, harus bisa memahami dan beradaptasi dengan kondisi ekstrem seperti sekarang ini,” kata Kemal E. Gani, Ketua Forum Pemimpin Redaksi dalam acara Special MarkPlus-30 Anniversary Media Talk, Sabtu (02/05/2020).

Menurut Budiman Tanuredjo, wartawan senior Kompas, COVID-19 menjadi revolusi senyap yang meluluhlantakkan berbagai sistem global, baik ekonomi dan sosial. Bila dulu orang ingin menghancurkan sebuah sistem harus melakukan unjuk rasa hingga perlawanan senjata, namun oleh COVID-19 semua bisa luluh lantak.

Ia melanjutkan, dalam konteks Indonesia COVID-19 menunjukkan dua sisi kelemahan dan kekuatan bangsa ini. Salah satu tantangan bangsa ini adalah komposisi produk alat kesehatan yang hampir 90% merupakan barang impor. Kemudian, di sisi pemerintahan, hubungan pusat dan daerah terlihat masih belum seirama dalam menghadapi pandemi.

Namun, pada Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index, Indonesia menunjukkan kekuatan luar biasa pada dimensi masyarakat sipil. Masyarakat Indonesia paling tinggi indeksnya dalam berdonasi, paling tinggi dalam volunteerism, dan paling tinggi indeksnya dalam membantu orang tidak dikenal.

“Adanya COVID-19 ini harus menjadi masa untuk melakukan evaluasi dan introspeksi untuk bangsa ini dan menetukan bagaimana ke depannya. Termasuk, untuk industri media,” kata Budiman yang juga mantan pemimpin redaksi Kompas.

Menurut Budiman, media menghadapi masa yang tidak mudah di masa pandemi ini. Namun, media harus tetap ada dan memberikan informasi ke masyarakat.

“Bisa dibayangkan kalau tanpa media. Bila fungsi media sebagai clearing house of informations atau rumah penjernih informasi tidak ada, maka informasi hanya akan didominasi oleh media sosial yang validitas informasinya tidak teruji. Jadi, fungsi media itu tetap penting di tengah keterbatasan media itu sendiri,” tegas Budiman.

Ia menambahkan, optimisme harus tetap dikembangkan. Nantinya, akan ada perilaku-perilaku baru di berbagai aspek, baik sosial, ekonomi, kesehatan, dan lainnya. “Harapannya adalah kita bisa melewati badai COVID-19 ini dan tidak berkembang dari krisis kesehatan, menjadi krisis sosial, menuju krisis ekonomi, dan krisis-krisis lainnya,” pungkasnya.

    Related