Membawa ACC ke Tingkat Investment Grade Company

marketeers article

 

Meski pertumbuhan industri otomotif kurang lebih sama dengan tahun lalu, pertumbuhan Astra Credit Companies  (ACC) bisa dikatakan bagus. Pangsa pasar perusahaan pembiayaaan di bawah Grup Astra ini mencapai 12%. Tidak hanya itu, ACC juga mendapat rating AAA dari lembaga pemeringkat Fitch Ratings pada tahun 2014 ini. 

 

Pencapaian itu berkat konsistensi ACC dalam melakukan perbaikan, baik dalam pelayanan, kecepatan, dan perluasan jaringan. Tentu saja, hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari peran Jodjana Jody, Chief Executive Officer Astra Credit Companies. Bagaimana kisah lengkap Jody dalam mengembangkan ACC? Berikut petikan wawancara Ign. Eko Adiwaluyo dengan pria yang terpilih menjadi Indonesia Marketing Champion 2014 dari sektor Multi Finance.

 

ACC juga membiayai segmen fleet. Bagaimana kinerja di segmen ini?

Pada dasarnya, portofolio kami itu adalah segmen konsumen ritel. Tapi banyak juga konsumen ritel ini yang memiliki perusahaan yang membutuhkan alat berat. Maka, sejak tahun 1995 kami masuk ke pembiayaan fleet. Mengapa kami berani? Karena database konsumen kami sudah lebih dari 1 juta, sehingga kami bisa memberikan evaluasi karakter yang lebih spesifik. Selain itu, kami juga membedakan tim yang menangani segmen fleet ini dengan tim ritel. 

 

Pembedaan ini karena segmen fleet butuh penanganan ekstra dan kami harus bersaing dengan bank yang bisa memberikan cost of fund lebih rendah dari kami. Agar konsumen fleet ini mau menggunakan ACC, maka kami mengandalkan kecepatan dan fleksibilitas. Ini mulai dari proses underwriting hingga menyediakan manajemen recovery bila ada masalah. Artinya, bila terjadi masalah pembayaran oleh nasabah, tidak serta merta langsung kami tarik, tapi kami pelajari permasalahannya dulu. 

 

Sebagai contoh, sejak tahun kemarin banyak pembiayaan tambang yang menghentikan kredit karena takut. Tapi, kami tetap membiayainya karena kami menganalisis seberapa kuat suatu perusahaan tambang bila harga batubara turun terus. Jadi, kami juga punya batas paling bawah untuk harga batubara untuk menentukan kekuatan perusahaan tersebut. Bisa juga, kami melihat keseriusan nasabah. Bila dia berkomitmen dan ada jaminan yang bisa diberikan, bisa kami biayai. Ada nasabah kami di bidang perkapalan yang punya kontrak khusus bernilai besar, tapi cash dia minim. Nah, tim kami bolak-balik untuk melihat persyaratan-persyaratan yang membuat kita yakin. Inilah yang kami sebut sebagai inovasi, flexibility, dan kecepatan. Dengan begitu, segmen fleet kami terus tumbuh dan sehat. 

 

 

Bagaimana komposisi pembiayaan di ACC sekarang ini?

Dari total pembiayaan, fleet sekarang menyumbang 6%. Sisanya adalah pembiayaan ritel yang komposisinya 65%-70% adalah pembiayaan mobil baru, dan 25% mobil untuk mobil bekas.  Untuk di fleet, sektor tambang pernah mencapai 80%. Sekarang ini, karena tambang sedang turun, porsinya sudah tidak sebesar itu karena kami alihkan ke sektor lainnya.  

 

Selain fleksibilitas, apa inovasi lainnya?

 

Seperti sudah saya sebutkan, segmen fleet di sektor tambang sedang turun, jadi kami masuk pasar baru, yakni rental mobil. Jarang ada yang menggarap pembiayaan untuk rental mobil karena marjinnya tipis sekali. Kebanyakan justru perbankan yang masuk ke sini.  Jadi, kami tetap menjalankan pembiayaan fleet di pertambangan walaupun porsinya dikurangi. Lalu, kami geser ke rental mobil, logistik, dan kapal.  

 

Rencana selanjutnya adalah masuk ke sektor-sektor lain yang dalam waktu dekat akan diberi lampu hijau oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK akan membuka keran pembiayaan menjadi lebih luas, hampir sama dengan bank. Bedanya tidak boleh memberikan dana tunai saja. Sehingga, kami sudah siap masuk segmen multiguna yang bisa membiayai properti, pendidikan, hingga bahkan pernikahan. 

Lalu, pembiayaan infrastruktur yang berjangka panjang dan di atas lima tahun, misalnya membiayai pelabuhan.  Bisa juga, sesuai program Kementerian Kelauatun dan Perikanan, kami  nanti bisa membiayai storage, dan lainnya.  Selanjutnya, bisa masuk juga dalam investasi dan working capital.

 

Untuk mengetahui hasil wawancara selengkapnya, silakan membaca di Majalah Marketeers Edisi Desember 2014-Januari-2015.

Related