Membedah Potensi Industri Olahan Buah di Indonesia

marketeers article
12958581 quince manmalade

Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki potensi besar menjadi produsen buah-buahan kelas dunia. Pemanfaatan teknologi menjadi persoalan penting untuk dapat mengembangkan industri olahan buah. Pasalnya, teknologi memungkinkan industri ini bisa menghadirkan deretan produk buah olahan, seperti produk buah dalam kaleng, minuman sari buah, manisan buah, selai, dan berbagai deretan olahan lain. Pertanyaannya, sudahkah kita memanfaatkan peluang ini?

Konsumsi olahan buah masyarakat Indonesia masih terhitung rendah. Namun, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melihat, tren gaya hidup sehat dan penghasilan masyarakat yang terus meningkat menciptakan peluang besar bagi peningkatan industri ini.

“Apalagi, Indonesia juga dikenal sebagai eksportir utama produk olahan buah di dunia, utamanya nanas dalam kaleng,” ujar Airlangga di Tangerang, Banten, Rabu (12/12/2018).

Pemanfaatan teknologi seperti High Pressure Processing (HPP) merupakan salah satu cara yang dapat membantu para pemain industri olahan buah untuk meningkatkan efisiensi bisnis mereka. Re.juve misalnya, merek minuman jus olahan ini telah memanfaatkan teknologi HPP untuk menjaga kandungan nutrisi sekaligus memperpanjang masa pajang produk (shelf life) hingga enam kali lebih lama tanpa bahan pengawet.

Managing Director PT Sewu Segar Primatama Richard Anthony menyampaikan, pengadopsian teknologi HPP merupakan langkah strategis dalam rencana ekspansi Re.juve. “Dengan adanya investasi ini, diharapkan produk yang dihasilkan tidak hanya dijual di Indonesia, tetapi juga diekspor ke Singapura, Hongkong, dan negara Asean lainnya,” tutur Richard.

Industri minuman memang menunjukkan kinerja yang menggiurkan. Indsutri ini tumbuh 10,19% pada periode Januari-September 2018. Capaian ini jauh di atas pertumbuhan industri nasional yang mencapai 5,17% di periode yang sama.

Peran industri makanan dan minuman dalam perekonomian Indonesia juga sangat signifikan. Hal ini terlihat dari kontribusi sektor makanan dan minuman sebesar 35,73% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri non-migas pada triwulan III tahun 2018.

Pertumbuhan ekspor industri minuman periode Januari-September 2018 tumbuh sebesar 13,00%. Bahkan, industri makanan dan minuman mendominasi penyerapan tenaga kerja di sektor manufaktur (3,3 juta orang atau sebesar 21,34% dari total pekerja di bidang industri).

Sayangnya, pemanfaatan teknologi terkini di industri olahan buah belum banyak dilakukan. Bahkan, hanya Re.juve yang baru memanfaatkan teknologi HPP ke Indonesia. Padahal, dampak yang bisa dirasakan cukup besar, antara lain mempermudah produsen untuk memperluas ekspansi mereka.

Editor: Sigit Kurniawan

Related