Menakar Perubahan Industri Fesyen dan Fotografi di Masa Pandemi

marketeers article
Make-up artist styling the bride for the photo shoot on the wedding day

Pandemi COVID-19 membawa banyak perubahan bagi industri fesyen dan fotografi. Dengan munculnya tren-tren baru hingga pergeseran konsumen yang mulai berubah ke generasi milenial dan generasi Z, kedua industri tersebut harus bisa menyesuaikan diri agar bisa bertahan.

Samuel Wattimena, Fashion Designer atau yang akrab disapa Bung Sammy mengatakan bahwa pandemi membuat tren fast fashion beralih ke slow fashion. Fast fashion mementingkan kuantitas dan produksi yang cepat dan biasanya di produksi oleh industri besar. Sementara slow fashion lebih mementingkan kualitas produk yang etis dan ramah lingkungan, jadi proses produksinya cukup lama.

Pandemi pun menyebabkan permintaan pasar menurun, sehingga produktivitas industri besar pun ikut menurun. Sebab itu, produk yang dihasilkan dengan tangan atau slow fashion yang menjadi tren saat ini.

“Tren slow fashion merupakan peluang bagi UKM untuk kian relevan dengan permintaan dunia. Sebab kalau kita melihat kondisi dan kemampuan UKM Indonesia, slow fashion ini sangat tepat,” kata Bung Sammy dalam MarkPlus Conference 2022 di sesi Its Time to Gain Traction, Kamis (9/12/2021).

Menurut Samuel, saat ini, generasi muda Indonesia sudah mulai memperhatikan produk fesyen milik Indonesia, termasuk wastra. Walaupun harga produk wastra terbilang mahal dikarenakan proses produksinya cukup lama, generasi muda sangat kreatif memanfaatkannya.

“Saya melihat saat ini anak-anak muda sudah sangat aktif dan kreatif memanfaatkan wastra. Mereka banyak menjadikannya sebagai bagian dari pakaian keseharian. Bahkan, mereka memanfaatkan limbah atau sisanya untuk dibuatkan hal lain dengan kreativitas mereka,” tutur Samuel.

Samuel melihat, pemerintah juga sangat membantu untuk menghidupkan kembali industri fesyen Indonesia, salah satunya dengan menyelenggarakan Pekan Kebudayaan Nasional. Dalam hal ini, desainer diberi kesempatan untuk berkolaborasi dengan para perajin di berbagai daerah.

“Saya melihat cara pemerintah ini adalah hal yang positif. Mempertemukan kapasitas para artisan di daerah dengan desainer untuk berkolaborasi merupakan peluang awal dan peluang yang besar untuk menumbuhkan industri fesyen di Indonesia,” kata Samuel.

Fotografi

Sama halnya dengan industri fesyen. Professional Photographer Darwis Triady memberikan pandangannya mengenai pandemi COVID-19 yang menyebabkan perubahan di industri fotografi. Darwis mengatakan bahwa pandemi memang berdampak luar biasa, namun situasi ini dapat dijadikan pelajaran.

“Pandemi memang memberikan dampak yang luar biasa. Tetapi, dalam kondisi ini yang terpenting adalah kita harus bisa mempersiapkan diri, memperkebal spirit, menambah skill, dan berinovasi untuk tetap bisa bertahan,” kata Darwis.

Dengan pergeseran kegiatan yang menjadi serba online, Darwis mengaku rada kagok saat mengajar fotografi online. Sebab, fotografi memerlukan praktek.

“Meski rada kagok. saya mencoba mengajar dengan cara yang sama dengan mengajar offline. Saya juga banyak menerapkan sesi komunikasi dan tanya jawab. Cara ini yang menurut saya bisa membuat peserta memahami dan tinggal mempraktekannya,” tutur Darwis.

Mengenai inovasi, di industri fotografi ada banyak sekali yang bisa dilakukan. Menurut Darwis, saat ingin berinovasi, penting untuk riset dan mencoba sesuatu hal yang baru.

“Inovasi harus terus dilakukan. Saat kita ingin berinovasi, jangan pernah malas untuk riset, coba sesuatu hal yang baru. Selama ini saya hanya mengajar teknisnya saja. Dari teknis tersebut, coba dipahami dan dimengerti sehingga  bisa dikembangkan menjadi suatu hal yang baru,” tutup Darwis.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related