Mengapa Milenial Gemar Bekerja di Co-Working Space?

marketeers article
Group of young multiethnic friends using gadgets sitting indoors at university campus and working together on creative task, top view with copy space

Bisnis co-working space di Indonesia kian bertumbuh seiring dengan pertumbuhan jumlah perusahaan startup berbasis teknologi di negeri ini. Generasi milenial dikatakan Kong Wan Sing, Founder sekaligus CEO JustCo menjadi pasar terbesar yang mendorong permintaan sektor co-working. Lantas, apa yang membuat milenial begitu menggemari ruang kerja bergaya co-working space ini?

Milenial menginginkan cara kerja fleksibel

Menilik hasil studi Intelligence Group, milenial dikatakan bercita-cita untuk menjadi bos mereka sendiri, termasuk, menikmati cara kerja yang fleksibel. Milenial juga dinilai ingin berkembang sebagai bagian dari komunitas yang lebih luas, dan menyukai interaksi dengan individu-individu untuk melakukan kolaborasi.

Ruang kerja tradisional secara umum tidak diatur secara kondusif untuk mendukung fleksibilitas ini. Wan Sing mengatakan, beberapa ruang tradisional masih dirancang untuk meminimalkan atau membatasi interaksi manusia dengan area umum untuk meningkatkan produktivitas karyawan selama jam kantor.

Sementara, co-working space dirancang untuk melepaskan diri dari tugas sehari-hari yang monoton, ruang kerja bersama menawarkan kesempatan bagi member untuk berpindah antara pekerjaan, jaringan, dan hobi dalam ruang yang sama.

“Dari bilik telepon tertutup untuk percakapan pribadi hingga meja ping pong, dan kafe di rumah semuanya dirancang untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan dan waktu luang yang berkembang dari berbagai kepribadian yang berbeda,” jelas Wan Sing kepada Marketeers.

Efisiensi biaya

Rata-rata co-working space menawarkan efisiensi biaya yang substansial bagi organisasi antara 25%-45% penghematan. Hal ini memungkinkan organisasi untuk mengarahkan biaya ke kegiatan yang berpusat pada karyawan, seperti kelas wellness dan workshop.  Tak heran, jika co-working space menjadi alternatif yang dipilih pelaku stratup lantaran harga yang ramah dikantong.

Terlebih, operator co-working juga mengurangi kebutuhan untuk mencari dan menegosiasikan tarif dengan pemilik bangunan, sekaligus mengurus tugas administrasi seperti pembersihan, pemeliharaan tempat kerja, dan menyediakan layanan seperti solusi dan keamanan TI serta layanan front desk, sehingga perusahaan dapat fokus pada operasi bisnis inti mereka.

“Selain menjadi alternatif hemat biaya dibandingkan dengan penyewaan jangka panjang atau pembelian real estate, kantor co-working menawarkan solusi kepemilikan kantor yang efektif dan cepat, terutama di negara dimana penyelesaian perijinan dan proses hukum dapat memakan waktu berbulan-bulan untuk diselesaikan,” terang Wan Sing.

Milenial ingin kolaborasi

Co-working space memberikan ruang terbuka yang mendorong interaksi tiap individu di dalamnya guna memacu kolaborasi.

“Menjadi bagian dari komunitas juga menawarkan peluang untuk memanfaatkan jaringan profesional untuk berkolaborasi, mengungkap sinergi bisnis, berbagi wawasan atau sekadar memperluas lingkaran profesional mereka. Ruang JustCo dirancang untuk memfasilitasi budaya interaksi ini. Di semua pusat kami, lebih dari 30% ruang disediakan untuk kolaborasi dan interaksi,” kata Wan Sing.

Secara global, tren ini dikatakan Wan Sing menunjukkan kepercayaan orang-orang akan manfaat dari komunitas kerja yang terhubung. Para pengembang co-working space secara umum menaruh concern pada hal ini. Berupaya menjadi jembatan untuk mendorong kolaborasi, selain melalui ruang kerja yang terbuka dan interaktif, Wan Sing mengatakan, mereka juga mengembangkan komunitas-komunitas dengan berbagai program untuk membantu menghubungkan tiap individu di dalamnya.

“Di JustCo misalnya, kami memiliki tim komunitas yang merancang hingga 700 jam program komunitas setiap tahun untuk memberi anggota kesempatan mempelajari keterampilan baru atau mendiskusikan tren terbaru melalui pembicaraan dan panel diskusi, mulai dari bitcoin dan chatbots hingga tips untuk meluncurkan start-up yang sukses,” tutur Wan Sing.

Editor: Sigit Kurniawan

Related