Mengapa Transformasi Digital di Indonesia Penuh Tantangan?

marketeers article
Ilustrasi transformasi digital. Sumber gambar: 123rf.

Transformasi digital pada dunia usaha di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan meskipun memberikan segudang manfaat. Hal ini menyebabkan pengusaha enggan dalam menerapkan teknologi digital dalam menjalankan bisnis.

Iwan Setiawan, Chief Executive Officer (CEO) Marketeers mengatakan sejauh ini industri-industri di Tanah Air baru menerapkan 5% adopsi digital. Dia berpendapat ke depan transformasi digital bakal terus berkembang.

BACA JUGA: Getol Transformasi Digital, Universitas Pertamina Diganjar Penghargaan

“Permasalahan utamanya ada pada ketimpangan masalah koneksi internet yang masih didominasi pada wilayah Indonesia barat. Kemudian, masalah keamanan data yang banyak sekali kebocoran beberapa waktu lalu,” kata Iwan dalam dialog bertajuk Technology for Humanity di Binus University, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (9/22/2022).

Dari penuturan Iwan, sebagian besar bisnis yang belum mengadopsi teknologi merupakan usaha, mikro, kecil, dan menengah (UKM). Biasanya, secara literasi para pelaku UKM cenderung kurang melek terhadap teknologi dan memiliki infrastruktur yang kurang memadai.

BACA JUGA: Dorong Bisnis Berkelanjutan, Ini Pentingnya Diferensiasi untuk UKM

Adapun permasalahan lainnya adalah adanya ketakutan akan berkurangnya kesempatan kerja. Sebab, adopsi digital menyebabkan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat pengulangan dapat tergantikan dengan mesin.

“Ini sudah terjadi pada perusahaan-perusahaan manufaktur dan financial services yang mengganti pekerjanya dengan mesin sehingga terjadi pengurangan karyawan besar-besaran yang menyebabkan orang-orang, khususnya dari sisi karyawan menolak adanya otomasi,” ujarnya.

Iwan melanjutkan dampak negatif lain dari masifnya transformasi digital, yakni ancaman gangguan psikologis. Pasalnya, kebiasaan masyarakat menggunakan smartphone sudah sangat akut, baik untuk pekerjaan maupun kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan catatannya, dalam sehari biasanya masyarakat menggunakan perangkat elektronik dan internet lebih dari delapan jam dengan dua perangkat sekaligus. Bahkan, yang lebih buruk adalah menjadi ketergantungan yang mana setiap orang dalam lima menit setelah bangun tidur langsung membuka smartphone.

Dalam kondisi tersebut, orang-orang akan kehilangan daya fokusnya untuk mencermati suatu hal. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan manfaat teknologi digital diperlukan strategi khusus agar tidak menyebabkan dampak negatif.

“Tantangan terbesar di dunia teknologi adalah orang merasa ketakutan akan masa depan sehingga mereka menutup diri dengan teknologi. Dalam kondisi seperti ini biasanya orang akan takut mencoba sesuatu yang baru meskipun ini bisa membantu kehidupan,” kata Iwan.

Sebagai informasi, penerapan transformasi digital dalam dunia usaha memerlukan strategi khusus agar dapat berjalan optimal dan memberikan manfaat. Bagi Anda yang ingin mendalami strategi transformasi digital, Marketeers akan menyelenggarakan konferensi bertajuk Technology for Business pada tanggal 22 November 2022.

Berbagai materi akan dibahas dalam konferensi tersebut mulai dari bagaimana cara adopsi teknologi digital, hingga tren metaverse untuk bisnis. Bagi yang ingin bergabung dalam kegiatan tersebut dapat mendaftar di sini.

Tech for Business, 22 November 2022

Editor: Ranto Rajagukguk

Related