Mengenal Digital Dementia, Ancaman di Balik Kemajuan Teknologi

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Di era digital, penggunaan gadget agaknya sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan, entah itu bekerja, belajar, hingga hiburan. Namun, tahukah Anda bahwa penggunaan gadget secara berlebihan bisa membawa dampak buruk bagi kesehatan otak?

Kondisi tersebut dikenal sebagai digital dementia. Manfred Spitzer, ahli saraf asal Jerman yang pertama kali memperkenal istilah ini, mendefinisikan digital dementia sebagai kondisi penurunan fungsi otak akibat penggunaan teknologi yang berlebihan.

Kebiasaan terlalu bergantung pada perangkat digital membuat otak menjadi kurang aktif dalam menjalankan fungsi kognitifnya, seperti mengingat informasi atau berpikir secara logis. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak dan remaja yang tumbuh di era teknologi pun turut berisiko.

Studi dalam jurnal Cureus (2024) bahkan menemukan bahwa paparan teknologi berlebihan bisa mengganggu perkembangan otak. Terutama dalam hal memori, konsentrasi, serta kemampuan bersosialisasi.

BACA JUGA: BD dan RSK Dharmais Perluas Akses Skrining Kanker Serviks di Indonesia

Gejala Digital Dementia

Digital dementia sering kali tidak langsung disadari karena gejalanya menyerupai gangguan mental atau kelelahan biasa. Melansir Hello Sehat, berikut adalah beberapa tanda yang patut diwaspadai:

1. Penurunan Daya Ingat

Jika Anda sering lupa nama orang, janji temu, atau bahkan hal-hal sepele seperti meletakkan barang, bisa jadi itu merupakan tanda digital dementia. Ketergantungan pada smartphone untuk mencatat dan mengingat segala hal membuat otak kurang terlatih untuk bekerja secara alami.

2. Sulit Berkonsentrasi

Kebiasaan membuka banyak aplikasi, berpindah-pindah perhatian, atau terus-menerus mengecek notifikasi membuat otak kesulitan untuk fokus dalam waktu lama. Bahkan, menurut studi, kemampuan otak dalam memproses informasi bisa turun hingga 40 persen karena kebiasaan multitasking digital.

3. Gangguan Tidur

Paparan cahaya biru dari layar gadget, terutama sebelum tidur, bisa menghambat produksi hormon melatonin yang dibutuhkan untuk tidur nyenyak. Akibatnya, kualitas tidur menurun, dan ini berdampak langsung pada fungsi kognitif dan kesehatan mental.

4. Penurunan Kemampuan Sosial

Sering berkomunikasi lewat layar membuat banyak orang merasa canggung saat harus berinteraksi langsung. Mereka cenderung kehilangan empati dan kemampuan berkomunikasi yang sehat. Jika dibiarkan, ini bisa menyebabkan rasa kesepian dan isolasi sosial.

BACA JUGA: Waspada! Gaya Hidup Mager Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Dini

Cara Mencegah Digital Dementia

Untungnya, digital dementia bisa dicegah dengan perubahan kebiasaan sederhana namun konsisten. Masih bersumber dari Hello Sehat, berikut langkah-langkah yang bisa diterapkan:

1. Batasi Waktu Penggunaan Gadget

Tentukan waktu tertentu untuk menggunakan gadget setiap hari, dan hindari memakainya saat sedang makan atau berkumpul bersama orang lain. Anda juga bisa menggunakan aplikasi pembatas layar agar lebih disiplin.

2. Lakukan Aktivitas yang Menstimulasi Otak

Luangkan waktu untuk membaca buku, mengisi teka-teki silang, atau mempelajari hal baru. Aktivitas ini membantu menjaga otak tetap aktif dan meningkatkan daya ingat. Melatih otak dengan mengingat sesuatu tanpa bantuan catatan juga sangat bermanfaat.

3. Hindari Gadget sebelum Tidur

Matikan semua perangkat digital setidaknya satu jam sebelum tidur. Gantilah kebiasaan menatap layar dengan membaca buku fisik, mendengarkan musik, atau melakukan meditasi ringan agar tubuh dan pikiran lebih rileks.

4. Tingkatkan Interaksi Sosial Tatap Muka

Cobalah untuk lebih sering bertemu langsung dengan teman atau keluarga. Interaksi sosial secara langsung tidak hanya menyenangkan, tapi juga membantu menjaga kesehatan emosional dan fungsi otak.

Related

award
SPSAwArDS