Mengenal Era Live Commerce di Dunia Pemasaran

marketeers article
Young girl selling clothes online by live streaming from mobile phone.

Live Commerce menjadi salah satu bentuk lifestyle marketing yang kian populer saat ini. Live Commerce memungkinkan brand membangun engagement dengan customer, memberikan pemahaman produk yang lebih baik, hingga membuat customer membeli produk tersebut.

Berangkat dari China sebagai pasar livestreaming terbesar di dunia, tren Live Commerce masuk ke Indonesia diboyong oleh para pemain e-Commerce dengan backbone investasi asal negeri Tirai Bambu tersebut. Sebut saja, Tokopedia dan Lazada.

Kepopuleran tren Live Commerce dikemudikan oleh perubahan perilaku customer yang ingin mencari inspirasi sekaligus berbelanja dalam waktu yang bersamaan. Fenomena ini dijuluki Tokopedia dengan era social commerce. Di era ini, fitur livestreaming dapat dimanfaatkan pebisnis untuk mendorong kreativitas pemasaran dan meningkatkan engagement dengan customer.

Jika dianalisis, Indonesia baru memasuki gelombang awal tren Live Commerce. Berbeda dengan China, yang telah memimpin dunia dalam menggunakan livestreaming untuk melibatkan customer pada platform e-commerce.

Laporan Deloitte menunjukkan, pasar livestreaming China menyentuh U$4,4 miliar pada 2018 dengan pertumbuhan 32% year-on-year. Tahun lalu, jumlah pemirsa livestreaming di China mencapai 456 juta pemirsa.

Tak heran, jika pemain e-commerce China seperti Taobao kemudian merangkap sebagai content community. Taobao bukan sekadar platform e-commerce, merek ini menjadi rumah bagi lebih dari empat ribu livestream hosts yang memproduksi 150 ribu jam konten setiap hari.

Ketika mayoritas strategi Live Commerce di Indonesia masih terbatas pada penjualan produk-produk gaya hidup (fesyen, makeup, dan gadget), China sudah melangkah jauh dari itu. Konten yang beragam menjadi diferensiasi lain dari strategi livestreaming yang digunakan e-commerce China. Mulai dari kategori produk kecantikan hingga pertanian segar memiliki konten livestreaming.

Saat livestreaming berlangsung dalam platform e-commerce di China, penggemar dapat berbelanja barang-barang yang mereka lihat langsung dalam aplikasi yang sama.

Di Taobao, pelanggan dapat berbelanja lebih dari 600 ribu produk melalui livestreaming setiap hari. Key Opinion Leader (KOL) menggunakan livestreaming sebagai media utama bagi mereka untuk membangun kedekatan dengan audiens di China.

Para penggemar dapat mengajukan pertanyaan tentang produk, mengirim komentar, hingga hadiah virtual ketika menonton livestreaming. Para host akan mengobrol mengenai tren terbaru dari kategori produk yang dibawakan, memamerkan produk tersebut, dan mengajak para audiens untuk terlibat dan berinteraksi langsung.

Pada konten livestreaming produk segar misalnya, para KOL menampilkan bagaimana petani memetik sayuran dan menangkap ikan hidup dari sungai terdekat. Para pemirsa dapat mengajukan berbagai pertanyaan dan membuat pesanan sambil menonton livestreaming.

Sebagai contoh, KOL kecantikan Austin Jiaqi Li atau akrab dikenal dengan “Lipstick Brother” membuat konten dengan mencoba 300 lipstik dalam sehari. Ia kemudian berhasil menjual 15 ribu lipstik dalam waktu 15 menit. Bahkan, Lipstik yang dimilikinya sering terjual habis di berbagai platform e-commerce sesaat setelah siaran yang ia lakukan selesai.

“Bagi kebanyakan konsumen, membeli produk melalui livestreaming telah menjadi kebiasaan, dan saya lihat kebiasaan ini semakin kuat di masa depan,” terang Lauren Hallanan, Vice President of Meet Group, sebuah platform hiburan sosial global terkemuka.

Menilik hasil analisis Grand View Research terkait Asia Pacific Video Streaming Market Size by Streaming Type, jumlah pasar Live Video Streaming diproyeksi akan terus meningkat dan mendominasi hingga 2027. Tak heran, jika para pemain e-commerce di Indonesia pun berbondong-bondong menerapkan startegi marketing ini.

Sejak 2018, Tokopedia meluncurkan kanal video streaming, Tokopedia Play. Kanal ini memungkinkan customer Tokopedia merasakan pengalaman live shopping sambil berinteraksi dengan para kreeator konten.

“Kanal video streaming Tokopedia ini menjadi salah satu strategi pemasaran yang lebih interaktif dan dapat dimanfaatkan oleh penjual dari berbagai kategori. Selain itu, pengalaman live shopping dapat mempermudah penjual dalam meningkatkan kunjungan hingga penjualan karena customer bisa memperoleh informasi lebih mendalam mengenai produk yang dibutuhkan, lengkap dengan berbagai promosi menarik,” jelas Cynthia Limin, Head of Product (Tokopedia Play) kepada Marketeers.

Seiring berjalannya waktu, para penjual juga mulai menyesuaikan konten video demi menghadirkan pengalaman berbelanja langsung yang lebih menarik. Dari kategori Makanan dan Minuman, misalnya, terdapat penjual yang menayangkan berbagai acara memasak interaktif. Di sisi lain, Tokopedia Play juga acap dijadikan platform bagi para penjual untuk meluncurkan produk baru secara eksklusif.

Strategi serupa turut dilakukan Lazada Indonesia dengan menghadirkan teknologi livestreaming, Shoppertainment. Inovasi ini berangkat dari hasil analisis Lazada yang menemukan, customer saat ini mencari pengalaman multisensor saat berbelanja. Alhasil, memberikan pengalaman berbelanja yang seamless tidak lagi cukup.

Teknologi Shoppertainment Lazada menggabungkan gaming, shopping, dan livestreaming. Hadir sejak tahun lalu, teknologi ini dikatakan Chief Marketing Officer Monika Rudijono telah mengubah cara Lazada berinteraksi dengan customer.

Shoppertainment telah mengubah pengalaman pelanggan kami menjadi lebih dari sekadar transaksi jual-beli di platform Lazada. Teknologi ini memungkinkan kami menkangkau customer dengan cara yang lebih relevan, dan memberi pengalaman berbelanja yang menyenangkan,” ujar Monika.

Hal ini juga memungkinkan para penjual dan brand partner Lazada menjual produk dengan cara yang lebih menarik. Apalagi, customer semakin banyak menghabiskan waktu secara daring sejak kehadiran pandemi COVID-19 yang mengubah perilaku mereka.

“Beralih ke livestreaming tidak hanya dapat meningkatkan engagement penjual dan brand partner dengan para customer, melainkan juga memungkinkan mereka untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terkait produk yang mereka jual kepada para customer. Alhasil, penjual dan brand partner dapat menjaga share of mind untuk mempertahankan penjualan mereka,” jelas Monika.

Related