Pernahkah Anda merasa sulit mengambil keputusan karena takut ada pilihan yang lebih baik? Jika demikian, bisa jadi Anda mengalami FOBO atau Fear of Better Options.
FOBO adalah fenomena psikologis saat seseorang menunda keputusan karena khawatir akan kehilangan opsi yang lebih baik. Akibatnya, seseorang bisa mengalami analysis paralysis, yaitu kondisi saat terlalu banyak mempertimbangkan pilihan hingga akhirnya tidak mengambil keputusan sama sekali.
Misalnya, Anda ingin menonton sesuatu di Netflix usai seharian beraktivitas. Namun, karena terlalu banyak pilihan menarik, Anda malah menghabiskan waktu berjam-jam mencari yang terbaik dan akhirnya tidak menonton apa pun.
Dalam situasi kecil semacam ini, FOBO mungkin tidak berdampak besar. Namun, jika kebiasaan tersebut terus terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, hal ini dapat menghambat produktivitas dan menimbulkan stres.
BACA JUGA: Tak Perlu Resolusi Besar, Bangun Kebiasaan Baru dengan 8 Micro-Habits Ini
FOBO Sudah Ada Sejak Lama
Meski istilahnya baru populer belakangan ini, FOBO bukanlah fenomena baru. Patrick McGinnis, seorang investor asal AS yang menciptakan istilah FOBO dan FOMO (Fear of Missing Out), menjelaskan bahwa kecenderungan ini sudah ada sejak zaman nenek moyang manusia.
“Perasaan ini memang sudah ada sejak lama. Saya menyebutnya sebagai ‘biologi ingin yang terbaik.’ Nenek moyang kita dulu terbiasa menunggu pilihan terbaik karena itu meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup,” ujarnya, dikutip dari Darius Foroux, Jumat (28/2/2025).
Namun, pada era digital saat ini, FOBO makin parah karena teknologi memudahkan manusia untuk membandingkan berbagai pilihan. Banyaknya opsi yang tersedia justru bisa membuat seseorang makin sulit memilih.
Selain itu, FOBO juga berkaitan dengan ketakutan untuk melepaskan pilihan lain. Makin lama Anda mempertimbangkan sesuatu, kian sulit pula untuk mengambil keputusan karena akan merasa takut kehilangan kemungkinan yang lebih baik.
Dua Tipe FOBO: Maximizer dan Satisficer
Dalam psikologi, ada dua tipe orang dalam mengambil keputusan: maximizers dan satisficers. Maximizers berarti selalu mencari pilihan terbaik dalam jangka panjang, sedangkan satisficers cenderung memilih sesuatu yang cukup baik untuk saat ini tanpa banyak berpikir panjang.
Misalnya, seorang maximizer mungkin akan membeli mobil yang lebih besar dari kebutuhannya saat ini karena berpikir bisa berguna pada masa depan. Sementara itu, satisficer akan memilih mobil yang sesuai dengan kebutuhannya sekarang.
BACA JUGA: Ubah Sampah Jadi Junk Journaling untuk Bantu Menjaga Kesehatan Mental
Sebuah studi menunjukkan bahwa maximizers lebih cenderung merasa tidak puas dengan keputusan mereka karena terus memikirkan kemungkinan lain yang terlewatkan.
“Maximizers kehilangan manfaat psikologis dari komitmen. Mereka sering mengalami kecemasan dan ketidakpuasan karena selalu merasa ada pilihan yang lebih baik,” tulis penelitian tersebut.
Cara Mengatasi FOBO
Jika Anda sering mengalami FOBO, salah satu cara mengatasinya adalah dengan berkomitmen pada pilihan yang Anda buat. Tanamkan dalam diri sendiri bahwa tidak semua keputusan bisa diambil dengan kepastian penuh sejak awal.
Cara terbaik untuk menemukan apa yang benar-benar Anda inginkan adalah memilih sesuatu yang terasa paling tepat saat ini, lalu menjalaninya dengan konsisten. Jika pada kemudian hari ternyata tidak sesuai, Anda selalu bisa beradaptasi dan mengambil keputusan baru.
Jadi, daripada terus menunggu pilihan yang sempurna, pilihlah yang terbaik dari yang ada dan jalani dengan keyakinan. Sebab ketika berani berkomitmen, keputusan yang Anda buat akan menjadi yang terbaik.
Editor: Ranto Rajagukguk