Mengenal Langkah Terapkan Growth Hacking

marketeers article

Growth hack menjadi istilah yang kerap diperbincangkan beberapa waktu terakhir. Berbeda dengan marketing, growth hack  yang banyak dikembangkan perusahaan startup teknologi mengintegrasikan kreativitas pemasaran dengan kemampuan analitis programming. Namun, tak hanya berlaku bagi stratup, korporasi besar pun bisa menggunakan cara ini untuk menunjang pertumbuhan bisnis mereka. Seperti apa?

Product Market Fit

Jika bisnis di masa lampau cenderung product-oriented dengan menghasilkan produk dan mencari orang yang potensial untuk membeli, kini perusahaan harus mulai mendesain produk sesuai keinginan konsumen. Senior Business Analyst MarkPlus, Inc. Nadya Prasetyo mencontohkan Airbnb sebagai growth hacker dengan cara ini.

“Tipe produk Airbnb telah berevolusi. Dulu, mereka sekadar menjual space dan breakfast di rumah para pemilik hunian, namun cara ini dianggap kurang berhasil. Airbnb kemudian mencari cara lain, yakni melalui networking di mana para host Airbnb dapat menjadi teman travelling para tamu. Lagi-lagi, cara ini kurang berhasil,” ungkap Nadya di gelaran Campus Marketeers Club di Connext Jakarta, Selasa (28/11/2018).

Airbnb kemudian melihat apa yang diinginkan pasar. Ternyata, sesuatu yang instagenic menjadi hal yang digemari mayoritas orang. Alhasil, Airbnb pun menjual keunikan menginap di hunian mereka dan memberi standar hunian yang instagramable. Teknik growth hack ini pun berhasil bagi Airbnb.

Finding Your Growth Hack

Temukan cara yang paling aman dan berdampak bagi bisnis Anda. Gunakan teknik growth hack yang berbeda untuk memperbesar user based Anda. Grab bisa dijadikan contoh. Mereka menemukan price point sebagai growth hack mereka dengan cara memasang harga yang lebih rendah dari kompetitor mereka.

“Konsumen cenderung membandingkan harga sebelum memesan layanan ride hailing. Price point ini yang kemudian diambil Grab. Meski hanya berbeda Rp 1.000 atau Rp 3.000 lebih murah dari kompetitor mereka, nyatanya cara ini dapat menarik konsumen untuk memilih layanan Grab,” papar Nadya.

Closing the Loop

Arah closing the loop sebenarnya membuat bisnis menjadi sustain. Di sini, Anda harus mampu bermain dengan customer retention dari tahap pre-purchase hingga post-purchase,” jelas Nadya.

Sephora menjadi salah satu yang menerapkan cara ini. Mereka bermain dengan experience pelanggan di mana para pengunjung dapat dirias dan berdiskusi soal kecantikan oleh para Sales Promotion Girl di sana. Atau cara ZAPPOS sebelum kehadiran Artificial Intelligence. Mereka menyediakan layanan customer services selama 24 jam dan menjamin melayani persoalan customer kapan pun. “Intinya, customer retention tidak selalu mengenai uang,” ungkap Nadya.

Menilik ke dalam negeri, PT Kereta Api Indonesia (KAI) (Persero) menjadi salah satu contoh perusahaan yang berhasil melakukan growth hacking. Tergolong ke dalam perusahaan mature, KAI berupaya mempertahankan eksistensi mereka dengan mengadopsi gaya Startup. Transformasi besar yang dilakukan berbasis pada Sumber Daya Manusia yang kemudian diikuti dengan adopsi teknologi yang tepat diberbagai lini.

“Sebelum tahun 2009, kami akui layanan KAI sangat memprihatinkan. Ada begitu banyak persoalan yang harus kami benahi, mulai dari pembelian, mengubah jadwal, hingga pembatalan tiket sulit untuk dilakukan. Para calon penumpang pun harus mendatangi stasiun yang bersangkutan. Kini semua berubah. Kami melakukan skema pembelian tiket dari manual menjadi digital, intinya semua berlandaskan customer-oriented,” ungkap Manager Marketing Communications PT KAI (Persero) Otnial Eko Pamiarso.

Create Amplification

Apa pun yang dilakukan perusahaan sebenarnya dapat memperoleh gaung yang lebih besar, semisal melalui media sosial, Key Opinion Leader, atau komunitas. KAI misalnya, Otnial mengatakan KAI menjaga hubungan yang baik dengan komunitas-komunitas pecinta kereta api. Tak hanya dapat meningkatkan loyalitas, Otnial meyakini anggota komunitas di dalamnya dapat menjadi penyambung lidah dari KAI kepada masyarakat luas.

Langkah growth hacking lain yang cukup berhasil dalam hal membuat amplifikasi telah dilakukan Dropbox.

“Mereka membangun amplifikasi yang luas melalui media sosial dan cara ini berhasil. Mereka memberikan free space tambahan bagi pengguna mereka yang mempromosikan Dropbox di media sosial sehingga semakin banyak orang yang menjadi pengguna Dropbox,” jelas Nadya.

 

Editor: Sigit Kurniawan

Related