Mengenal Mastodon, Tempat ‘Kabur’ Pengguna Twitter

marketeers article
Mengenal Mastodon, Tempat ‘Kabur Pengguna Twitter (FOTO: Mastodon)

Usai Elon Musk resmi naik pangkat menjadi ‘Chief Twit’ pada Jumat lalu, beberapa pengguna Twitter ‘kabur’ dari platform untuk mencari platform yang ‘lebih ramah.’ Selama beberapa hari terakhir, Anda mungkin pernah mendengar pembicaraan tentang ‘Mastodon,’ yang tampaknya menjadi tempat baru bagi banyak mantan pengguna Twitter.

Singkatnya, Mastodon adalah perangkat lunak open-source dan gratis untuk layanan jejaring sosial yang di-hosting sendiri. Sekilas, Mastodon tampak sangat mirip dengan Twitter dengan menawarkan fitur microblogging serupa dengan batas 500 karakter pada posting (disebut toots, bukan tweets) yang muncul di feed real-time. Mastodon mengatakan di situs webnya bahwa timeline menunjukkan posting-an secara kronologis.

Bedanya, Mastodon bukan hanya jejaring sosial seperti Twitter namun open-source. Ketika Anda menggali lebih dalam, ada beberapa perbedaan. Yang paling menonjol (dan mungkin paling membingungkan bagi pendatang baru) adalah server.

BACA JUGA: Berubah Pikiran, Elon Musk Putuskan Beli Twitter US$ 44 Miliar

Mastodon bukanlah jaringan sosial terpusat seperti Twitter, di mana semua orang pergi ke tempat yang sama. Sebaliknya, ini adalah ‘jaringan federasi’ yang terdiri dari berbagai server (juga disebut instance) yang mewakili komunitas yang berbeda, seperti dikutip dari laporan MobileSyrup, Senin (31/10/2022).

Mastodon menyamakan server dengan domain alamat email seperti Gmail, Outlook, dan lain-lain. Pengguna dapat memilih server untuk meng-hosting akun mereka, tetapi masih dapat berinteraksi dengan orang-orang di server lain selama mereka mengetahui alamatnya. Ada banyak server berbeda yang tersedia untuk dipilih, beberapa berpusat di sekitar minat bersama, seperti game atau tempat.

Moderasi di Mastodon berbeda secara signifikan dari Twitter dan jejaring sosial lainnya. Setiap server menangani moderasinya sendiri dan memungkinkan pendekatan moderasi konten yang lebih lokal dan berbasis komunitas. Mastodon menyarankan orang bergabung dengan server dengan aturan yang mereka setujui, atau meng-hosting server mereka sendiri.

BACA JUGA: Jadi Pemilik Twitter, Elon Musk Pecat Parag Agrawal dan Petinggi Lain

Satu catatan menarik lainnya tentang Mastodon adalah dapat dioperasikan dengan platform sosial lain berdasarkan ActivityPub, protokol jejaring sosial yang terbuka dan terdesentralisasi. Mastodon mengatakan satu akun memberikan akses ke “fediverse,” sekelompok aplikasi jejaring sosial yang di-hosting secara independen yang dapat berkomunikasi satu sama lain.

Sebagai perumpamaan, bayangkan jika satu akun memungkinkan Anda memposting ke Twitter, Facebook, Instagram, dan lainnya. Exodus atau migrasi yang dilakukan pengguna Twitter ke Mastodon, bukan cuma kepemilikan baru platform US$ 44 miliar tersebut. Usai dimiliki Elon Musk, twit dengan muatan rasis muncul dengan jumlah yang cukup banyak.

Dikutip dari laporan Wall Street Journal, Network Contagion Research Institute (NCRI), sebuah kelompok yang menganalisis ratusan juta pesan di media sosial, mengatakan penggunaan hinaan rasial, salah satunya n-word pada aplikasi melonjak hampir 500 persen selama 12 jam setelah kesepakatan Musk diselesaikan.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related