Pernahkah Anda merasa begitu dekat dengan selebriti, influencer, atau karakter fiksi hingga menganggapnya seperti teman sendiri? Fenomena ini dikenal sebagai parasocial relationship, atau kerap disebut hubungan ‘halu’ dengan idola.
Psikolog Rachel Kowert dalam Everyday Health mendefinisikan parasocial relationship sebagai hubungan sepihak di mana seseorang mencurahkan perhatian, waktu, dan energi kepada figur publik atau idola, sementara pihak yang diidolakan tidak mengenal mereka.
“Mereka yang terjebak dalam parasocial relationship selalu percaya pada idolanya; apa yang dia katakan pasti benar. Mereka merasa seolah benar-benar mengenal, terhubung, bahkan memiliki rasa keakraban dengan orang yang mereka ikuti,” ujarnya.
BACA JUGA: 5 Faktor Kesehatan yang Pengaruhi Produktivitas Karyawan
Dalam hubungan ini, penggemar sering kali merasa akrab atau bahkan percaya bahwa mereka mengenal sosok yang diidolakan. Di era media sosial, hubungan ini pun semakin terasa nyata karena idola lebih mudah diakses melalui konten yang mereka bagikan, seperti unggahan foto.
Parasocial relationship sejatinya adalah hal yang wajar, sebab sebagai makhluk sosial, manusia cenderung mencari koneksi dengan orang lain, termasuk figur publik. Hubungan sema ini sering kali menjadi bentuk hiburan atau pelarian dari tekanan sehari-hari.
Tak hanya itu, parasocial relationship juga dapat memberi manfaat positif. Misalnya, seseorang bisa merasa termotivasi setelah melihat keberhasilan idola mereka, atau mendapatkan inspirasi untuk menjalani gaya hidup yang lebih baik.
BACA JUGA: Mengenal Languishing, Perasaan Hampa yang ‘Mirip’ Depresi
Meski umumnya positif, parasocial relationship bisa menjadi tidak sehat jika mulai melibatkan perilaku obsesif. Misalnya, terlalu banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan atau mengikuti idola hingga mengabaikan hubungan nyata dengan orang di sekitarnya.
“Tidak ada yang benar-benar tidak sehat dari parasocial relationship kecuali jika hubungan itu melewati batas dan berubah menjadi sesuatu seperti stalking. Jika Anda membuat orang yang diidolakan merasa tidak nyaman, itu bisa menjadi tanda bahwa hubungan tersebut tidak sehat,” imbuh Kowert.
Selain itu, jika opini atau perilaku idola mulai memengaruhi keputusan dan identitas seseorang secara berlebihan, hubungan ini bisa menjadi tidak seimbang. Dalam kasus ekstrem, parasocial relationship yang tidak terkendali dapat mengarah pada perilaku seperti stalking.
Jika Anda merasa hubungan dengan idola mulai mengganggu keseimbangan hidup, penting untuk mengenali tanda-tandanya. Misalnya, jika Anda lebih memprioritaskan hubungan ini daripada interaksi dengan teman atau keluarga, atau merasa terisolasi dari dunia nyata.
Dalam situasi ini, berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental bisa membantu Anda memahami emosi dan kebutuhan Anda. Terapi pun bisa menjadi solusi untuk memperbaiki dampak dari ketergantungan pada hubungan sepihak tersebut.