Vasektomi tengah menjadi perbincangan hangat di jagat maya. Topik ini mencuat usai seorang kepala daerah menyampaikan rencananya untuk mewajibkan kontrasepsi (KB) pada pria itu sebagai syarat penerima bantuan sosial.
Terlepas dari berbagai kontroversi yang menyelimuti usulan tersebut, vasektomi mungkin masih terdengar asing bagi segelintir orang. Mengingat selama ini, alat kontrasepsi atau KB sering kali identik dengan perempuan.
Padahal, pria juga memiliki pilihan untuk ikut andil dalam pengendalian kelahiran lewat prosedur vasektomi. Meski belum sepopuler metode KB pada perempuan, vasektomi dianggap sebagai salah satu cara paling efektif dan permanen bagi pria yang tidak lagi ingin memiliki anak.
BACA JUGA: Atasi Burnout dengan Tren Cozymaxxing yang Viral di TikTok
Apa Itu Vasektomi?
Halodoc mendefinisikan vasektomi sebagai prosedur kontrasepsi permanen pada pria yang dilakukan dengan cara memutus saluran sperma dari testis ke uretra. Dengan terputusnya jalur tersebut, air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi tidak lagi mengandung sperma.
Meski demikian, penting untuk diketahui bahwa vasektomi tidak memengaruhi gairah seksual, kemampuan ereksi, atau kenikmatan saat orgasme. Pria yang menjalani prosedur ini tetap bisa ejakulasi seperti biasa, hanya saja tanpa kandungan sperma di dalam air maninya.
Bagaimana Prosedur Vasektomi?
Vasektomi tergolong sebagai prosedur singkat yang biasanya hanya memakan waktu sekitar 10–30 menit, dan dilakukan dengan anestesi lokal (pasien tetap sadar, tetapi tidak merasakan sakit pada area yang dioperasi).
Ada dua metode utama vasektomi, salah satunya konvensional. Pada metode ini, dokter akan menyuntikkan bius lokal di skrotum, lalu membuat dua sayatan kecil di kedua sisi skrotum untuk mencapai vas deferens.
Setelah itu, saluran sperma dipotong dan ujungnya ditutup dengan cara diikat atau dibakar. Sayatan kemudian dijahit, biasanya dengan benang yang akan larut sendiri dalam beberapa hari.
Adapun metode kedua adalah vasektomi tanpa pisau bedah. Sesuai namanya, metode ini tidak memerlukan sayatan. Dokter hanya membuat lubang kecil menggunakan alat khusus, lalu menjangkau dan memotong vas deferens melalui lubang tersebut.
Karena tidak ada luka sayat, metode ini menyebabkan lebih sedikit perdarahan, tidak memerlukan jahitan, dan proses pemulihannya cenderung lebih cepat serta minim risiko komplikasi.
BACA JUGA: Mengenal Digital Dementia, Ancaman di Balik Kemajuan Teknologi
Apa yang Harus Diperhatikan Sebelum dan Sesudah Vasektomi?
Sebelum menjalani prosedur ini, penting bagi pria dan pasangannya untuk berkonsultasi dengan dokter. Vasektomi bukanlah pilihan yang tepat jika masih ada keinginan untuk memiliki anak di masa depan.
Meski prosedur tersebut bisa dibalik melalui operasi, keberhasilannya tidak selalu terjamin dan prosesnya lebih rumit serta mahal. Setelah melakukan vasektomi, beberapa efek seperti nyeri ringan, memar, atau bengkak di skrotum bisa muncul.
Namun, efek tersebut biasanya akan membaik dalam beberapa hari. Selama proses pemulihan, dokter akan menyarankan untuk mengistirahatkan tubuh selama 24 jam pertama, mengompres skrotum dengan es dan memakai celana dalam ketat untuk menyangga testis, dan menghindari aktivitas berat, olahraga, serta hubungan seksual selama setidaknya satu minggu.
Apakah Ada Risiko?
Vasektomi tergolong prosedur medis yang aman. Namun, seperti prosedur lainnya, tetap ada potensi efek samping. Misalnya, nyeri jangka panjang pada testis, infeksi, pembengkakan, atau terbentuknya benjolan kecil akibat kebocoran sperma (granuloma sperma).
Komplikasi seperti spermatocele (kista di saluran sperma) atau hidrokel (penumpukan cairan di sekitar testis) juga bisa terjadi, meskipun jarang. Hal lain yang tak kalah penting, vasektomi tidak dianjurkan bagi pria yang memiliki penyakit atau gangguan tertentu pada testis.
Karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum melakukan prosedur ini.