Mengintip Strategi KoinWorks, Fintech Startup P2P

marketeers article

Di tengah persaingan financial technology startup (fintech) peer to peer lending, KoinWorks percaya diri dengan bisnisnya. Sebagai salah satu perusahaan peer to peer lending pertama yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan, KoinWorks mengklaim berhasil mencatatkan pertumbuhan signifikan terhadap jumlah pengguna yang tergabung di dalamnya, terutama investor yang mencapai lebih dari 10.000 akun.

Saat ini ada tiga bentuk pendanaan yang ditawarkan KoinWorks. Yaitu yang menyasar Usaha Kecil dan Menengah (UKM), pendidikan, dan kesehatan. Pendanaan yang ditawarkan berkisar dari Rp 10 juta hingga Rp 500 juta dengan tenor mulai dari 6 bulan sampai 24 bulan.

“Tidak seperti kompetitor, KoinWorks mengincar pertumbuhan organik. Jika ingin tumbuh kencang, kami bisa saja melakukan itu. Tapi kami sadar dalam bisnis ini, trust atau kepercayaan adalah yang utama,” kata Bernard Arifin, COO KoinWorks.

Selain itu, KoinWorks juga tidak mengambil net interest margin layaknya perbankan. Sekadar informasi, mudahnya fintech P2P bertugas menjadi perantara antara peminjam (borrower) dengan pihak yang meminjamkan (lender atau investor). Jadi ketika sebuah UKM membutuhkan dana pengembangan usaha sebesar Rp 50 juta untuk jangka waktu 6 bulan, maka permintaan itu akan hadir di situs KoinWorks. Selanjutnya, jika ada investor atau lender, maka mereka akan ditemukan. Peminjam akan memberikan imbal hasil atau bunga bagi investor.

“Di KoinWorks, kami tidak menaikkan bunga. Kami hanya mengambil fee, yang besarnya 1,5%-5% dari nilai transaksi. Tergantung dari profil risk si peminjam,” kata pria yang akrab dipanggil Ben itu.

Sedangkan imbal hasil yang ditawarkan ke investor berkisar 0,75% hingga 1,67% per bulan. Semakin rendah risiko si peminjam, maka semakin rendah suku bunganya. Begitu pula sebaliknya.

Bersiap Hadapi Kredit Macet

Untuk menjaga kestabilan bisnis, KoinWorks pun melakukan berbagai tindakan preventif. Maklum, bisnis ini memiliki risiko yang tidak rendah. Bahkan, perbankan yang memiliki sistem sangat baik pun tidak luput dari risiko kredit macet atau non-performing loan (NPL).

Makanya, KoinWorks memberlakukan asuransi bagi peminjam. Artinya, debitur akan ditanggung oleh asuransi. “Nilainya maksimal memang Rp 200 juta. Namun, ini untuk jaga-jaga jika siapa tahu ada hal tak terduga menimpa borrower,” kata Ben.

Lantas berapa rasio NPL di KoinWorks? Ben mengatakan, hingga saat ini sekitar 95% peminjam sangat lancar dalam mencicil atau mengembalikan kredit mereka. Dia pun tak menampik bahwa ada 5% peminjam yang terkadang mengalami kredit macet. “Namun, sifatnya hanya telat. Istilahnya batuk-batuk. Kami akan hubungi mereka. Alasan biasanya karena bisnis mereka sedang slow down. Tapi hingga kini belum ada yang sampai di-write off,” kata Ben.

Mirip seperti perbankan, klasifikasi kredit macet pun terbagi menjadi beberapa tingkatan. Namun, kredit akan masuk tahap write off jika sudah masuk dalam jangka waktu telat selama 90 hari.

KoinWorks mengaku mereka tidak akan membiarkan duit investor macet begitu aja. Sebaliknya, mereka juga mempersiapkan dana provisi atau pencadangan. Saat ini, KoinWorks mengklaim memiliki dana provisi sebesar Rp 1,3 miliar yang belum dipakai sama sekali. Jika seandainya NPL terjadi, maka KoinWorks akan sebisa mungkin memberikan penggantian sebesar 100% untuk investor yang masuk dalam grade A. “Sedangkan yang masuk grade E, akan dapat penggantian sekitar 20%. Semua itu melihat dari dana provisi yang kami miliki. Tapi hingga kini, belum ada pinjaman yang kami write off,” kata Ben.

Selain menjadi sumber dana, KoinWorks juga memosisikan dirinya sebagai opsi instrumen investasi. Sebab, dengan meminjamkan sejumlah dana kepada borrower, maka investor akan mendapatkan imbal hasil. “Risikonya memang tidak serendah obligasi. Tapi tidak sekompleks saham. Jadi investor memiliki pilihan,” kata Ben.

Hingga kini sudah ada 300 peminjam yang telah melakukan transaksi di KoinWorks dengan nilai transaksi mencapai Rp 30 miliar. Sedangkan dana kredit outstanding  berkisar Rp 16 miliar hingga Rp 17 miliar. “Kami bisa saja ngotot dalam menyalurkan pinjaman. Tapi kami tetap melihat profil risk dari mereka. Sebab, trust adalah segalanya,” kata Ben.

    Related