Mengukur Bisnis Layanan Purna Jual Kendaraan Hino

marketeers article
Warehouse Hino Banjarmasin dengan area yang lebih luas hingga 800 meter persegi mampung menampung lebih dari 2000 suku cadang

Bicara soal industri otomotif selalu tidak terlepas dari bisnis layanan purna jual. Meski banyak pemain yang menganggap bisnis ini belum besar, tapi semua sepakat bahwa bisnis ini prospektif. Berbagai tantangan yang dihadapi para pemain relatif sama. Hal ini yang juga dialami oleh PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI). Dalam membangun bisnis layanan purna jual, HMSI tidak bisa sekadar membuka bengkel mereka dan berharap truk atau bus merek Hino akan sukarela servis di bengkel resmi.

“Kendaraan niaga seperti truk dan bus tidak sama dengan kendaraan penumpang. Jika mereka selama dua tahun bisa tidak ke bengkel, truk bisa dua bulan sekali melakukan perawatan ke bengkel,” ujar Santiko Wardoyo, Direktur Penjualan dan Promosi HMSI.

Meski begitu, HMSI menghadapi bahwa tidak semua konsumen mereka lantas melakukan servis di bengkel resmi miliknya. Apalagi para konsumen besar, seperti Perusahaan Otobus (PO) yang kebanyakan memiliki bengkel sendiri dan melakukan perbaikan secara mandiri.

Sejauh ini, dari total populasi kendaraan niaga Hino sebanyak 263 ribu unit, baru sekitar 100 ribu unit yang melakukan perbaikan di bengkel resmi Hino. Meski begitu, seluruhnya masih membutuhkan suku cadang asli dari Hino.

“Sepanjang tahun 2017, pendapatan dari layanan purna jual kami mencatatkan 90 ribu bus yang melakukan servis dan Rp 949 miliar suku cadang yang terjual. Tahun depan, kami targetkan ada 114 ribu bus yang melakukan servis dan menjual suku cadang sebanyak Rp 1,89 triliun,” papar Hiroo Kayanoki, Presiden Direktur HMSI.

Irwan Supriyono, Senior Executive Officer After Sales HMSI mengatakan, kunci dari layanan purna jual ini adalah ketersediaan suku cadang. Ia menambahkan, jangan sampai konsumen harus menunggu lama karena setiap mereka menunggu maka akan ada biaya yang keluar sebesar Rp 2 juta per hari.

“Untuk membesarkan bisnis ini, kami pun membuat program contract service, khususnya di segmen pemerintahan dan konsumen ritel. Potensi bisnis ini memang besar, namun belum 100% kami maksimalkan,” tutup Irwan.

Editor: Sigit Kurniawan

 

Related