Mengulik Alfacart, Transformasi E-Commerce Alfamart

marketeers article
Sumber Gambar: Dok. Alfacart.com

Pada tahun 2013, PT SAT, pengelola ritel Alfamart telah mengembangkan situs belanja online bernama Alfaonline. Tiga tahun berselang, Alfaonline bertransformasi menjadi online market place dengan mengusung nama baru, Alfacart. Seperti apa perubahan yang terjadi?

Alfaonline awalnya bertujuan untuk melayani pembelian secara daring berbagai produk kebutuhan pokok (groceries) yang sebagian besar dipasok dari barang yang ada di Alfamart. Kendati demikian, Alfaonline juga menjual gadget yang mana pembeli dapat mengambil barang tersebut di gerai Alfamart terdekat .

Nyatanya, bermain di ranah e-dagang khusus groceries tak membuat penjualannya melaju kencang. Maklum saja, margin produk-produk groceries cukup tipis, sehingga dirasa sulit mengejar penjualan yang bombastis.

Maka itu, Alfacart hadir dengan menawarkan produk yang lebih variatif. Online market place ini fokus pada empat kategori produk, yaitu groceries, mode, gadget, dan gaya hidup.

“Dalam mengembangkan online market place, fokus pada satu, dua atau tiga kategori produk sama upayanya. Sehingga, Alfacart memutuskan untuk menjadi online market place yang memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus memperkuat ekosistem e-dagang di Indonesia,” ujar Catherine Hindra Sutjahyo, CEO Alfacart.com, saat peluncurannya di Gandaria City, Jakarta, Senin, (30/5/2016).

Catherine menambahkan, sebagai sister company dari Alfamart, menjadi kewajiban baginya untuk unggul sebagai groceries e-dagang teratas di Indonesia. “Kami yakin, kami menjadi nomor satu untuk kategori groceries,” tegasnya yakin.

Di luar kompetensinya sebagai lapak online khusus groceries, Alfacart menambah kategori mode dan gadget. Alasannya cukup sederhana, karena kategori tersebut adalah yang paling mendominasi transaksi belanja online di Tanah Air selama ini.

Sedangkan kategori produk gaya hidup dianggap bakal menjadi kategori masa depan lantaran permintaannya terus meningkat.

“Kategori groceries sebenarnya cukup menantang bagi kami. Sebab, belum ada negara yang sukses untuk menguasai kategori ini secara online,” ucap Ernest Tjahjana, Chief Commercial Officer, Alfacart.com.

Manfaatkan Kanal Alfamart
Salah satu keuntungan menjadi anak usaha dari ritel yang telah memiliki puluhan ribu gerai adalah memperoleh jangkauan yang luas. Dengan akses tersebut, langkah Alfacart untuk menjadi omni channel market place yang menggabungkan penjualan online dan offline akan mudah terakselerasi.

Strategi omni channel ini dinilai paling tepat untuk diterapkan di Tanah Airi. Mengingat, 63,75% warga Indonesia yang berusia di atas 25 tahun masih belum memiliki akun perbankan.

Selain itu, mereka yang sudah melek perbankan pun hanya sedikit yang memiliki kartu kredit. Padahal, pangsa pasar Alfacart adalah mereka yang berada di rentan usia 25 hingga 35 tahun.

Karena itu, Alfacart menerapkan sistem pick up point di mana pelanggan dapat membeli secara online di Alfacart, namun barang bisa dikirim dan diambil di toko Alfamart terdekat. Sampai saat ini, sudah ada 7.000 dari 11.750 toko Alfamart yang siap mengadopsi layanan tersebut.

“Fasilitas ini juga menguntungkan mereka yang secara geografis sulit untuk melakukan pembayaran tunai secara cash on delivery (COD). Transaksi bisa dilakukan di Alfamart,” terang Haryo Suryo Putro, CMO Alfacart.com.

Ia melanjutkan, fitur ini dapat meningkatkan level kepercayaan konsumen dalam bertransaksi online. “Kalau ada apa-apa dengan barangnya, konsumen bisa cek langsung di toko fisik Alfamart,” ujarnya lagi.

Haryo menambahkan, 7.000 gerai yang merupakan gerai non-waralaba ini, juga akan dijadikan return store point di mana pelanggan dapat mengembalikan barang yang tidak sesuai dengan kondisi aslinya ke gerai Alfamart.

“Kami akan menambah fasilitas ini ke seluruh gerai Alfamart. Namun, perlu waktu karena harus berbincang dengan pemilik waralaba yang berbeda-beda,” tutur Haryo lagi.

Dukungan sang induk Alfamart tak hanya sebatas kanal untuk urusan transaksi jual-beli. Nantinya, toko-toko Alfamart akan menjadi kanal pemasaran dari Alfacart.

Catherine bilang, kasir yang ada di Alfamart akan bertindak layaknya SPG dan SPB untuk mengomunikasikan Alfacart kepada pelanggan. “Ibu-ibu yang tadinya tidak tahu belanja online, akan menjadi tahu dan mencoba,” papar Haryo.

Akan tetapi, yang patut disadari oleh Alfacart adalah dengan adanya fitur pick up point dan return point, dikhawatirkan antrean kasir di Alfamart semakin panjang dan lama.

Sebab, segala bentuk transaksi saat ini bisa dibayar di Alfamart, mulai dari bayar listrik, beli pulsa, beli tiket kereta api, pesawat terbang, hingga bayar BPJS.

“Kami selalu meningkatkan kualitas pelayanan kami. Salah satunya dengan pembekalan dan training untuk para staf dan kasir kami agar bekerja secara produktif dan efektif. Namun, nobody’s perfect,” imbuh Catherine.

Editor: Sigit Kurniawan

Related