Mengulik Geliat Bisnis Sport Physiotherapy Ala Asep Azis

marketeers article

Banyak olah raga yang menimbulkan cedera fisik. Sebut saja sepakbola, futsal, basket,  hingga bersepeda adalah contoh-contoh olah raga yang bisa membuat pemainnya cedera, baik saat sedang berlatih dan saat berada di tengah pertandingan.

Kondisi tersebut memunculkan permintaan pada terapi akibat cedera. Inilah kemudian yang mendorong Asep Azis mendirikan Sport Physiotherapy sebuah jasa rehabilitasi cedera olahraga. Asep memulai kiprahnya kiprahnya pertama kali saat ia mengambil kuliah fisioterapi di Universitas Esa Unggul Jakarta periode tahun 2004-2008.

Setelah lulus ia langsung terjun mempraktikkan ilmunya, sekaligus sebagai fisioterapis pertama yang bergabung bersama klub basket profesional CLS Knights Surabaya. Tahun 2012 ia mendirikan Physiopreneur Sport Physiotherapy, namun baru dikelolanya secara professional dibawah bendera PT. Indo Sehat Fisioterapi di Jakarta pada tahun 2016.

“Awal saya mendirikan Sport Physiotherapy, karena saya sangat suka olahraga ditambah background pendidikan kuliah. Saat itu, saya melihat banyak orang yang masih bingung bagaimana memulihkan cedera dan salah penanganan, sehingga banyak yang berkonsultasi ke saya baik secara langsung maupun di media sosial. Dan akhirnya saya pun secara rutin sering berbagi pengetahuan di Twitter, Facebook, dan Instagram mengenai cedera olahraga, fisioterapi, dan tips kesehatan lainnya,” kata Asep.

Ia membuka Physiopreneur Sport Physiotherapy pertama kali di kota malang bersama kawan kuliahnya, dan akhirnya diikuti di Surabaya, Jakarta, Bandung dan Makassar. Dalam menjalankan bisnisnya ia tidak hanya berkutat pada konsep pelayanan fisioterapi cedera olahraga seperti penanganan cedera saja, tetapi juga pencegahan cedera ( pengurangan resiko cedera).

Selain itu, ada layanan recovery dan peningkatan performance berolahraga, karena jenis cedera kini semakin beragam seperti ankle sprain, knee ligament injury (ACL, MCL, PCL,LCL ), cedera meniscus lutut baik operasi maupun tanpa operasi. Selain cedera olahraga, physiopreneur juga menangani beberapa keluhan yang berkaitan dengan lifestyle dan daily working seperti frozen shoulder, lower back pain, tension headache serta berkaitan dengan usia seperti knee osteoarthritis (pengapuran lutut).

Asep menambahkan, kualitas fisioterapis di Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan fisioterapis di luar negeri, hanya perlu meningkatkan kepercayaan diri dan komunikasi yang baik sehingga pasien menjadi lebih termotivasi juga untuk segera pulih dari cederanya. Sehingga, orang Indonesia bisa mendapatkan kualitas pelayanan yang standarnya diterima oleh internasional dan diakui keprofesionalannya. “Kami didukung dengan tenaga medis yang berkualitas dan lulusan kuliah fisioterapis di Indonesia dengan jenjang pendidikan D3 sampai dengan S1,” ujar Asep yang pernah menjabat sebagai Project Manager untuk ASIAN GAMES MEDICAL SUPPORT tahun 2018 silam.

Sedangkan untuk biayanya bervariasi dikisaran 350-500 ribu. Harapan saya kedepan, melalui Physiopreneur Sport Physiotherapy ini bisa memfasilitasi staff fisioterapis untuk mengejar mimpinya menjadi fisioterapis olahraga di team olahraga professional misal PERSIB Bandung, Persebaya, Borneo FC, Bhayangkara FC, PS TNI,  maupun timnas seperti di Timnas Futsal, Basket, Sepakbola.,” ujarnya lagi.

Pada tahun 2020 ini,  Asep membuka layanan sport science dan body performance, yaitu KINETICX di Surabaya. Layanan utamanya adalah edukasi kepada pasien mengenai pengukuran dari gerakan, kekuatan otot, power dan lain lain secara objektif dibantu dengan teknologi, sehingga datanya bisa digunakan untuk program rehabilitasi maupun program improvement performance.

Saat ini, nama Asep Azis sudah menggaung di kalangan atlet Indonesia, bahkan sampai sejumlah public figure yang gemar berolahraga di komunitas seperti lari, sepeda, basket, sepakbola, futsal dan olahraga lainnya. Pria ini juga merupakan fisioterapis olahraga di timnas sepakbola U-19. Sudah banyak atlet profesional yang pernah ditanganinya seperti pesepakbola Evan Dimas, Andik Vermansyah, Otavio Dutra, petenis Christopher Rungkat, dan lainnya.

Lebih lanjut, ia optimistis  jasa rehabilitasi cedera olahraga yang dibangunnya akan dibutuhkan oleh pelaku olahraga, Mengingat, selama pandemi dan era setelahnya masyarakat Indonesia sudah sadar akan pentingnya olahraga sebagai bagian gaya hidup.

“Peluang bisnisnya semakin besar karena kesadaran orang berolahraga semakin tinggi. Hal ini mendorong jumlah pengguna jasa ini meningkat, bukan hanya menunggu saat mereka cedera, tetapi semakin sadar merawat dan memeriksakan tubuhnya juga,” pungkasnya.

    Related