Mengungkap Karakteristik Gen Z: Apakah Mereka FOMO dan Individualis?

marketeers article
Eka Harithsyah, Strategic Planner Director H-Three dalam acara roadshow Campus Marketeers Club bertajuk “Tapping Into The Gen Z” (Marketeers/Nugraha)

Karakteristik Gen Z sebagai pasar masa depan sedang banyak digali oleh para pebisnis atau merek melalui beragam riset. Hal ini juga menarik perhatian H-Three, agensi periklanan di bawah Hakuhodo Network Indonesia.

Hasil riset H-Three yang melibatkan responden dari enam negara, meliputi Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Vietnam ini mengungkap adanya berbagai mitos yang mengemuka di kalangan masyarakat terkait karakter Generasi Z (Gen Z).

Bahkan, mitos tersebut cenderung menegasikan bahwa Gen Z memiliki kelebihan dibanding generasi sebelumnya. Eka Harithsyah, Strategic Planner Director H-Three menjelaskan banyak pihak mengira Gen Z adalah generasi yang individualistis alias tak suka dengan kehidupan bersosial.

Padahal, berdasarkan penelusurannya, Gen Z sangat menyukai hal yang harmonis, senang berkumpul bersama keluarga ataupun teman-teman. 

BACA JUGA : Sejarah Hari Batik Nasional, Bentuk Perayaan sebagai Warisan Dunia 

“Banyak mitos yang berkembang terhadap Gen Z. Banyak yang bilang tidak baik, padahal Gen Z adalah masa depan,” kata Eka dalam acara “Campus Marketeers Club (CMC) X Elizabeth Goes to Universitas Indonesia: Tapping in to the Gen Z” di Vokasi Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, Selasa (26/9/2023).

 

Survei Hakuhodo Institute of Life & Living ASEAN dalam “ASEAN Gen Z Study” menunjukkan 90% Gen Z di Indonesia memiliki rasa tanggung jawab besar terhadap orang di sekitarnya.

Mereka sangat menghargai harmoni dalam hubungan sosial, termasuk dalam hubungan dengan keluarga dan teman-teman. Namun, 88% responden dari survei juga beranggapan bahwa dalam menjalani hidup merupakan cinta terhadap diri sendiri. 

BACA JUGA : Dukung Elektrifikasi, Body Kit Khusus Mobil Listrik Meluncur dalam IMX

Di sisi lain, Eka mengakui perbedaan yang menonjol dari Gen Z adalah cara mereka untuk melakukan self reward atau memberikan penghargaan kepada diri sendiri. Saat Gen Z sudah bekerja sangat keras, maka bagi mereka, self reward adalah sebuah keharusan.  

“Itu untuk mem-balance diri sendiri atau self love mereka. Empati terhadap keluarganya dan untuk diri sendiri,” ujarnya.

Gen Z dalam bermedia sosial

Selanjutnya, dalam bermedia sosial. Gen Z juga membeda-bedakan fungsi media sosial dalam aspek penggunaan di setiap platform. Data Hakuhodo menunjukkan, sebanyak 79% kalangan Gen Z di ASEAN menggunakan media sosial (medsos) Facebook untuk mengikuti berita global. 

Selanjutnya, 83% responden menggunakan medsos Twitter untuk mengeksperikan diri melalui teks dan melihat tren terbaru. Adapun 65% responden memakai Instagram untuk menunjukkan siapa dirinya dalam bentuk kehidupan. Terakhir, 92% Gen Z ASEAN mengakses TikTok untuk mencari hiburan dan berekspresi.

Dari fakta-fakta tersebut, bisa disimpulkan Gen Z memiliki karakter yang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Bagi merek atau perusahaan yang ingin merambah ke pasar Gen Z, maka pola pemasaran atau marketing harus dibuat dengan pendekatan berbeda.

“Lantas, bagaimana menyampaikan produk buat kalangan Gen Z? Komunikasinya harus berani dan sesuai dengan karakternya. Be direct dan to the point,” tutup Eka. 

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related