Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia telah menjadi tulang punggung perekonomian. Namun, tak sedikit pelaku UMKM yang kebingungan untuk mengolah strategi UMKM yang ideal.
Ignatius Untung, Praktisi Marketing dan Behavioral Science, memberikan pandangan terkait pentingnya strategi marketing berbasis framework untuk mengatasi tantangan para UMKM.
BACA JUGA: 12.12 Birthday Sale Dorong Penjualan Brand Lokal dan UMKM hingga 7 Kali Lipat
“UMKM selalu jadi topik seksi dalam diskusi bisnis karena jumlahnya yang melimpah, tetapi ironisnya hanya sedikit yang punya akses pembelajaran tentang cara mendongkrak bisnis,” ungkap Untung dalam Program Market Think 139, Marketeers TV.
Menurutnya, salah satu solusi terbaik dari strategi UMKM adalah dengan memahami dan menerapkan Marketing Mix 7P. Framework yang biasa digunakan perusahaan besar ini ternyata juga relevan untuk UMKM, asalkan diaplikasikan dengan konteks yang tepat.
1. Produk (Product)
Untung menegaskan bahwa segalanya dimulai dari produk. Banyak pelaku UMKM sering melompat ke aspek lain tanpa memastikan produk mereka sudah matang.
“Marketing tidak bisa memperbaiki produk yang buruk. Produk yang berkualitas rendah akan merusak persepsi brand dan menghambat penjualan yang berkelanjutan,” jelas Untung.
Pentingnya membangun keunggulan produk, baik dari sisi kualitas maupun perspektif konsumen, menjadi fokus utama. Sebagai contoh, produk sederhana seperti Post-it yang berubah nilainya hanya karena perubahan framing, seperti lem yang lemah menjadi alat pencatat yang praktis.
2. Tempat (Place)
Place tidak hanya soal lokasi fisik, tetapi juga aksesibilitas produk. Channel distribusi yang mudah dijangkau meningkatkan peluang konsumen untuk membeli.
Bahkan jarak antartoko bisa menjadi penentu keputusan pembelian. Selain itu, kepercayaan yang dibangun melalui banyaknya outlet atau platform distribusi juga menjadi kunci.
3. Harga (Price)
Harga sering kali menjadi elemen paling menantang bagi pelaku UMKM. Strategi pricing yang tepat tidak selalu berarti menawarkan harga termurah.
“Harga murah tanpa konteks bisa membuat produk terlihat murahan, sementara harga tinggi memerlukan dukungan citra brand yang kuat,” tambah Untung.
Strategi framing harga, seperti menyesuaikan ukuran kemasan agar tidak mudah dibandingkan langsung dengan pesaing, bisa menjadi solusi.
4. Lingkungan Fisik (Physical Environment)
Lingkungan fisik mencakup tampilan outlet, kemasan, hingga visual di platform digital. Otak manusia secara alami menilai sesuatu berdasarkan kesan pertama.
Jangan remehkan penampilan karena itu adalah pintu masuk kepercayaan. Lingkungan yang rapi dan relevan akan membantu membangun kredibilitas produk dan brand.
5. Orang (People)
Frontliner adalah wajah brand Anda. Sayangnya, banyak UMKM menempatkan orang dengan kompetensi rendah di posisi ini. Padahal, interaksi manusia adalah kunci membangun hubungan emosional dengan konsumen.
“Orang yang ramah dan kompeten bisa menutupi banyak kekurangan dalam elemen lain, seperti harga yang mahal atau outlet yang kurang menarik,” tegasnya.
6. Proses (Process)
Efisiensi proses menjadi salah satu keunggulan UMKM karena model bisnisnya yang sederhana. Bahkan antrean atau metode pembayaran yang mudah bisa menjadi daya tarik bagi konsumen.
7. Promosi (Promotion)
Untung menekankan pentingnya menempatkan promosi di urutan terakhir, setelah elemen lain sudah siap. “Promosi adalah amplifikasi. Jangan fokus promosi sebelum jelas apa yang mau dijual,” ungkapnya.
Promosi mencakup dua komponen utama, yakni exposure yang menentukan saluran promosi dan messaging yang menyampaikan pesan menarik dan relevan.
BACA JUGA: J&T Connect Preneur Summit Dorong Pertumbuhan UMKM Indonesia
Kesimpulannya, framework Marketing Mix 7P adalah alat yang sangat berguna bagi UMKM, untuk mengembangkan bisnis secara sistematis. Dengan memahami esensi dan konteks dari setiap elemen, pelaku UMKM dapat membuat keputusan yang lebih strategis dan terarah.
“Kunci keberhasilan adalah konsistensi dalam menjalankan formula ini. Dengan begitu, bisnis tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang,” pungkas Untung.
Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz