Menilik Ekspektasi Customer Industri Properti di Era Normal Baru

marketeers article
52894902 mortgage calculator. house on buttons. real estate concept. 3d

Bisnis properti menjadi salah satu lini yang terkena imbas besar dari pandemi, COVID-19. Berada di tengah ketidakpastian, customer cenderung membelanjakan uang mereka untuk kebutuhanan pokok dan kesehatan dibandingkan keperluan lain, seperti properti. Para pemain pun perlu memahami ekspektasi customer yang berubah di era normal baru.

Survei MarkPlus, Inc., bertajuk Industry Roundtable Pre-Survey: Property Industry Perspective menunjukkan, hanya 10% responden yang membeli properti hunian di masa pandemi. Sementara, 90% lain berstatus Intenders atau masih memiliki intensi dan aktif mencari informasi terkait properti.

Para responden mengaku, penundaan pembelian ini lantaran kekhawatiran akan stabilitas keuangan mereka (80%). Penerapan protokol kesehatan selama proses jual-beli properti berlangsung juga menjadi pertimbangan dari para responden (31%).

Sementara, data Rumah123.com menunjukkan, ada 62% masyarakat di Jabodetabek yang masih mencari properti. Sebanyak 66% bagian dari mereka berada di rentang umur 21-40 tahun atau didominasi Milenial.

Hal ini menunjukkan, ada kemungkinan customer akan kembali membeli properti dengan sejumlah pertimbangan di kondisi normal baru.

MarkPlus, Inc., menemukan, hal pertama yang menjadi ekspektasi customer saat membeli properti adalah persoalan kesehatan. Customer akan memperhatikan health protocol (62%), fasilitas sanitasi lingkungan perumahan (57%), dan kedekatan lokasi properti dengan fasilitas kesehatan (50%).

Sementara, setengah dari responden tersebut juga mengaku mencari properti hunian masa depan yang bukan merupakan Red Zone dari COVID-19 (54%).

Marketing Director PT Ciputra Residence Yance Onggo turut memproyeksi tren di industri properti Post COVID-19. “Untuk segmen Residential, pembeli end user akan pulih lebih dulu. sementara, pembeli investor mungkin akan memakan waktu lebih lama karena cenderung bersikap lebih waspada,” ungkap Yance kepada Marketeers.

Selain itu, hunian dengan design layout yang fleksibel dan dapat mengakomodir kebutuhan bekerja dan belajar dari rumah akan semakin dicari. Termasuk, hunian yang menyediakan open space, tempat berolahraga, hingga fasilitas yang dapat diakses dengan berjalan kaki.

Customer juga memperhatikan kemampuan developer dalam mengelola kawasan yang mengedepankan aspek Clean, Healthy, Safety (CHS).

Di sisi lain, Yance menjelaskan, segmen mall atau ritel akan mengalami pemulihan yang relatif lambat karena kebutuhan konsumsi yang diutamakan adalah kebutuhan pokok. Customer juga akan menghindari keramaian untuk beberapa saat setelah pandemi berakhir.  

Sedangkan, segmen perkantoran akan terdisrupsi oleh penggunaan teknologi yang memungkinkan remote working.

“Namun, di satu sisi ini menjadi potensi bagi residential selama mampu untuk mengakomodir design layout yang diinginkan customer dan sesuai dengan habit baru mereka,” imbuh Yance. Para customer juga berekspektasi akan ada penurunan harga properti selama situasi pandemi (76%).

Tidak hanya itu, interaksi daring juga dinantikan oleh para calon customer. Chong Ming Hwee, CEO 99 Group Indonesia mengatakan, ada tujuh cara baru untuk menjual properti. Mulai dari 360 derajat dan VR Tours, Webinar, Artikel, KPR Simulations, Live Chat, Flash Sales, dan Booking Online. Deretan cara baru menjual properti tersebut dapat dimaksimalkan para pemain di kondisi normal baru.

Related