Menilik Lima Big Momentum Dekade Indonesia 2030

marketeers article
indonesia country growth nation team discuss with fold maps view from top vector illustration

Berada di era normal baru, perusahaan saat ini nampak mulai beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Sebagian perusahaan mungkin telah belajar dari fenomena COVID-19 yang tiba-tiba hadir dan mendisrupsi lanskap kehidupan. Alhasil, perusahaan perlu menyusun visi baru untuk menyambut era Post COVID-19, bahkan visi jangka panjang hingga 2030. Kira-kira apa alasannya?

Akan ada lima Big Momentum bagi Indonesia pada 2030 mendatang. Founder sekaligus Chairman MarkPlus, Inc., Hermawan Kartajaya menyebut era ini dengan istilah The Great Realization: Indonesian Decade 2030.

Pada masa ini, Indonesia akan mengalami bonus demografi, selain itu generasi Alfa pun mulai beranjak remaja. 2030 juga akan menjadi tahun permulaan menuju Indonesia Emas di 2045.

Rencana aksi global Sustainable Development Goals (SGD) yang disepakati berbagai pemimpin dunia, termasuk Indonesia untuk mengatasi kemiskinan, mengurangi kesenjangan, serta melindungi lingkungan ditargetkan tercapai pada 2030. Selain itu, optimisme Post COVID-19 juga akan terjadi di 2030.

“2030 harus menjadi Dekade Indonesia. Jika kita hanya berpikir untuk 2021-2022, maka kita hanya diliputi rasa stress karena tidak tahu kapan COVID-19 ini berakhir. Belum lagi 2030 juga menjadi tahun politik yang saya yakin akan membawa polarisasi baru di Indonesia. Untuk itu, penting bagi perusahaan menyusun rencana jangka panjang, bahkan hingga 2030,” kata Hermawan dalam gelaran Hermawan Kartajaya Live, Big Momentum: Prepare Now, Actualize Next!, Kamis (02/07/2020).

Hermawan menyebut masa sebelum COVID-19 hadir dengan istilah Good Maximization. Pada saat itu, banyak orang bicara soal kuantitas sehingga banyak hal yang oversupply, dan berujung merusak lingkungan dan harga.

“Sebelum 2020, kita sangat optimistis. Padahal, tiga tahun sebelumnya sudah ada gejala bahaya,” ujar Hermawan.

Sama seperti tahun 1998 lalu, menurutnya dua tahun sebelum itu pun telah terdapat tanda-tanda krisis.  Sebagai contoh, banyak bank yang memberikan kemudahan kredit. Hal ini hampir serupa dengan kondisi sebelum krisis akibat COVID-19 hadir. Pemberian kredit secara mudah diberikan disebabkan persaingan harga.

Di era new normal kini, semua terlihat mulai berubah dari yang semula berbasis kuantitas menjadi kualitas.

“Setelah COVID Year, kita akan masuk ke era the Great Realization. Jangan hanya berpikir sampai 2025, namun 2030,” tegas Hermawan.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related