Menilik Outlook Industri Teknologi dan Komunikasi di 2018

marketeers article

Angka penetrasi pengguna internet di Indonesia pada 2016 berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) naik 51,8% dibandingkan pada 2014. Hal ini diakui sejumlah pemerhati telah meningkatkan angka penjualan data. Namun, pembelian alat teknologi justru cenderung flat. Bagaimana prediksi kedua industri ini di tahun mendatang?

Perubahan perilaku dari konsumen dikatakan Merza Fachys, Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) di Jakarta, Kamis (07/12/3017) telah berubah drastis. ATSI menemukan, penjualan data naik 50% dari sisi volume. Namun, hal ini dikatakan Merza tidak seimbang dari sisi revenue.

“Meski jumlah volume meningkat hampir 50% di 2017, jumlah revenue hanya meningkat sekitar 16%. Pasalnya, model kemasan paket data yang digunakan user per-bulan cenderung sama setiap bulan. Kalau mereka membeli paket seharga Rp 50 ribu per bulan, mereka akan mengeluarkan jumlah yang sama di bulan-bulan mendatang, berbeda dengan telepon yang akan terkena biaya tambahan per menit berikutnya, “kata Merza. Ia menambahkan, harus ada perbaikan dalam sistem penjualan paket data.

Penjualan ICT Cenderung Flat

Produk ICT di 2017 menurut ketua Asosiasi Industri Teknologi Informasi Indonesia (AITI) cenderung flat meski mulai membaik sejak Agustus-September.

Jika ditelaah per kategori produk, hardware adalah jenis produk yang paling besar mengalami penurunan penjualan. Sementara untuk software tumbuh cukup baik.

“Produk software seperti apps, public services, dan Artificial Intelligence (AI) menjadi produk yang tumbuh cukup baik. Untuk hardware justru cenderung menurun,” jelas ketua AITI.

Di 2018, AITI memprediksi akan terjadi peningkatan pada permintaan AI terlebih dengan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang teknologi.

Dari sisi kompetisi, AITI memprediksi akan ada banyak kompetitor bidang IT dari Korea, Taiwan, dan Jepang yanh mendominasi. Sementara dari sisi karakter konsumen, mereka diprediksi cenderung implusif dan digerakkan dengan berbagai promo menarik.

“Apapun yang akan terjadi ke depan. Kita tidak boleh takut terhadap bayangan VUCA dan disrupsi,” tutur Executive Chairman MarkPlus Inc Hermawan Kartajaya.

Related