Menilik Pasar Properti Tahun 2015 dengan Optimistis

marketeers article

Meski Industri properti tahun lalu sedikit melambat, namun industri properti tetap menjanjikan untuk digarap pada tahun-tahun mendatang. Hal ini yang dirasakan oleh salah satu pengembang, Sinar Mas Land. Meski begitu, Sinar Mas Land tetap optimistis mengembangkan proyek-proyek di sejumlah wilayah. Apalagi adanya prediksi pertumbuhan populasi dari kalangan menengah hingga elit atau Middle Affluent Consumers (MAC) akan bertumbuh menjadi 140 juta jiwa pada tahun 2020.

“Kelas menengah hingga elit ini akan berpusat di pulau Jawa dan Sumatera sehingga keberadaan mereka akan mempengaruhi sektor ekonomi masa depan dan pada akhirnya berpengaruh pada bisnis properti di Indonesia,” jelas Ishak Chandra, Managing Director Corporate Strategy & Services Sinar Mas Land saat dalam acara Sinar Mas Land Outlook di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Berdasarkan data dari McKinsey Global Institute pada tahun 2012 menyatakan bahwa ekonomi Indonesia termasuk 16 terbesar. Selain itu, terdapat 45 juta masyarakat Indonesia yang termasuk kalangan menengah. Potensi inipun diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2030, McKinsey Global Institute memprediksi  ekonomi Indonesia akan menempati posisi ketujuh yang terbesar dengan 135 juta kalangan menengah.

“Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi prioritas utama investasi di Asia bahkan dunia,” tambahnya.

Sinar Mas Land secara khusus memonitor sektor perkantoran, kondominium, industrial, ritel, dan perumahan di Jakarta pada tahun 2015 akan terus tumbuh, meski ada beberapa sektor yang akan melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Sektor yng mengalami akselerasi adalah sektor industrial dan landed rest. Sedangkan ritel merupakan sektor yang masih dalam masa pemulihan.  Sementara sektor yang pertumbuhannya melambat adalah high rise rest dan perkantoran.

“Peluang masih terbuka lebar pada tahun 2015, mulai dari lebih banyaknya arus investasi yang masuk ke Indonesia karena berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015. Lalu, adanya pengembangan kota sekunder, pembangunan kota satelit baru, pembangunan infrastruktur baru, hingga peluang kemitraan lokal dan asing,” kata Ishak.

Di balik terbukanya semua peluang tersebut, tantangan tentu akan dihadapi olehindustri properti. Beberapa tantangan yang akan menghampiri, di antaranya kompetisi pasar yang semakin sengit, tingginya biaya produksi & operasi, target pajak penghasilan dari pemerintah, hingga kebijakan pemerintah seperti penerapan LTV (Loan to Value), dan hunian berimbang.

Ishak mengatakan bahwa DKI Jakarta dan area sekitarnya seperti Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor bukanlah satu-satunya opsi investasi, karena masih banyak kota-kota lain yang berpotensi sebagai pilihan investasi, seperti Surabaya, Makassar, Balikpapan, Samarinda, Medan, dan Batam.

Related