Menilik Peran Baru Sales di Era AI

marketeers article
Road to Kopdar Sales by MarkPlus Sales Academy. (FOTO: JAKMW2025)

Dalam dunia yang terus bergerak cepat, peran sales mengalami pergeseran mendasar. Dulu dianggap hanya sebagai ujung tombak penjualan, kini profesi ini menjadi pusat strategi yang menuntut ketajaman berpikir, kemampuan adaptasi, dan koneksi emosional yang kuat.

Sales bukan lagi soal menjajakan produk dari pintu ke pintu, melainkan tentang bagaimana memahami kebutuhan konsumen di tengah lanskap digital yang kian kompleks. Lebih dari sekadar profesi, sales adalah pola pikir dan cara hidup.

Hal inilah yang diungkapkan oleh Kukuh Prayogi, Director of Business Enterprise di Infobip pada sesi bertajuk “Road to Kopdar Sales by MarkPlus Sales Academy” dalam acara Jakarta Marketing Week (JAKMW) 2025.

Ia melihat bahwa teknologi, khususnya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), bukan musuh yang harus dihindari, melainkan alat bantu yang dapat mendorong produktivitas.

BACA JUGA: Sales Enablement, Kunci Sukses Tingkatkan Performa Tim Penjualan

Sales itu enggak perlu takut sama AI. Justru AI membantu pekerjaan ini menjadi lebih produktif, mulai dari mengolah data, menyusun pitch yang personal, sampai membaca pola komunikasi klien. Adanya teknologi ini malah membuka peluang besar untuk menghadirkan pendekatan yang lebih tajam dan relevan,” ungkap pria yang akrab disapa dengan Yogi tersebut.

Ia juga menyoroti perubahan signifikan dalam cara berkomunikasi. Kini, WhatsApp Call lebih umum dibanding panggilan biasa, broadcast dengan centang hijau menjadi tolok ukur kredibilitas, dan waktu transaksi pelanggan bisa berlangsung di tengah malam.

Kondisi ini menuntut para sales untuk lebih gesit dan adaptif. Namun menurut Kukuh, tantangan seperti pandemi, konflik global, dan ketidakpastian ekonomi justru memperkuat pentingnya peran sales.

Ini bukan tentang gelas setengah kosong, tapi bagaimana kita bisa isi gelas itu sampai penuh. Mental yang kuat, lingkungan suportif, dan semangat untuk terus bergerak adalah kunci bertahan di industri ini. Kalau kita sering gaul sama juara-juara, mental kita juga ikut naik, tambahnya.

Senada dengan Kukuh, Andreas Hanel, Marketing Manager Ray White Tomang, juga membagikan pengalaman yang menegaskan pentingnya beradaptasi dalam dunia penjualan.

Di industri properti yang penuh tantangan, ia mengakui bahwa teknologi kini memegang peranan besar.

BACA JUGA: Pamer Agentic AI, Salesforce Gelar Agentforce World Tour di RI

“Kalau dulu bikin video marketing butuh art director dan tim desain, sekarang cukup pakai AI, lima menit jadi. Mau jual rumah lama, tinggal kasih desain revamp digital. Itu langsung jadi nilai tambah buat klien. Jadi, AI ini seperti alat bantu. Pada akhirnya ya sensivitas seorang sales lah yang menjadi pembeda utama,” jelas Andreas Hanel.

Meskipun semua serba digital, Andreas percaya bahwa human touch tetap menjadi unsur terpenting dalam proses penjualan. Berdasarkan penuturannya, teknologi dapat membantu mempercepat, tetapi kepercayaan hanya bisa dibangun lewat interaksi antarmanusia yang tulus dan autentik.

Di situlah kekuatan sejati seorang sales diuji, bukan hanya soal angka, tetapi soal kemampuan membangun hubungan dan menumbuhkan kepercayaan.

Pada akhirnya, peran seorang sales bukan sekadar tentang menjual produk atau target penjualan. Lebih dari itu, dunia sales adalah cerminan dari daya tahan, ketekunan, dan komitmen terhadap orang lain.

Editor: Eric Iskandarsjah Z

Related

award
SPSAwArDS