Menilik Proyeksi Manis Bisnis Sport Tourism

marketeers article
STOCKHOLM, SWEDEN MAY 22, 2016: Crowd at the Color Run Tropicolor world tour in Stockholm

Aktivitas olahraga sembari berwisata (sport tourism) tak dipungkiri tengah menjadi tren lintas generasi. Bukan hanya generasi milenial atau Z yang lekat dengan gaya hidup sehat, generasi terdahulu mereka pun tak mau ketinggalan pengalaman turun ke lapangan.

Seiring dengan meningkatnya gaya hidup sehat, sport tourism menjadi alternatif baru untuk menikmati aktivitas olahraga dengan cara berbeda. Bentuknya pun beragam, dari yang simpel seperti martahon, bersepeda, hingga Moto GP.

Menilik catatan Kementerian Pariwisata (Kemenpar), sport tourism termasuk ke dalam portofolio produk wisata buatan (man made). Meski jenis produk wisata ini masih terbilang minim (5%), faktanya, sport tourism menjadi penyumbang jumlah wisatawan mancanegara (wisman) terbesar untuk kategori wisata man made (60%). Persentase ini melampaui kontribusi jumlah wisman MICE and Events Tourism (25%) maupun Integrated Area Tourism (15%).

Pamor sport tourism kian tinggi, mengingat jenis pariwisata ini menawarkan nilai perputaran uang yang cukup menjanjikan.

Magelang misalnya, berkaca dari event tahunan Borobudur Marathon, survei Litbang Harian Kompas menunjukkan, perputaran uang di wilayah Magelang selama event ini berlangsung mencapai Rp 12 miliar pada 2017. Sementara, masa tinggal peserta berkisar 2-3 hari. Pada 2018, jumlah ini meningkat drastis menjadi Rp 21 miliar dengan durasi tinggal 3-5 hari.

“Efeknya mengular. Para peserta tidak hanya datang untuk berolahraga, mereka juga berwisata. Dampak ekonomi dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar karena selain akomodasi, spending para wisatawan mengalir untuk wisata kuliner dan souvenir,” terang Manager Event Harian Kompas Budhi Sarwiadi.

Selain Borobudur Marathon, proyeksi menjanjikan juga datang dari proyek sport tourism yang tengah dikembangkan pemerintah, sirkuit Mandalika.

Terletak di Nusa Tenggara Barat, area sport tourism yang satu ini menuai sorotan besar. Bagaimana tidak, lokasi ini bakal menjadi tempat digelarnya Moto GP dan SBK Motul World Super Bike Race selama lima tahun ke depan mulai dari 2021.

“Mandalika dipilih sebagai lokasi Moto GP karena dinilai paling siap memiliki jalan biasa yang bisa dijadikan sirkuit. Sirkuit Mandalika memiliki panjang lintasan 4,32 kilometer dengan 18 tikungan. Peluang di sana sangat besar dan bisa mendatangkan ratusan ribu orang,” ujar Dadang Rizki Ratman, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenpar.

Sirkuit Mandalika ini terbilang unik. Jalan di Mandalika yang dijadikan sirkuit bukan jalan khusus seperti yang ada di Sentul. Melainkan, jalan biasa yang multifungsi. Di kanan kiri turut dibangun beberapa hotel sebagai amenitas. Bila ada pertandingan di sirkuit tersebut, dipastikan hotel-hotel di sekitar pun akan laku.

Potensi keuntungan minimum Moto GP diperkirakan menyentuh Rp 2 triliun dengan modal Rp 130 miliar. Moto GP tersebut dapat mengundang 100 ribu wisatawan dan menghasilkan nilai ekonomi mencapai Rp 1 triliun. Sementara, nilai minimum media value diprediksi berkisar Rp 2 triliun.

Paling tidak, sport tourism ini harus didukung oleh tiga hal, yakni media (broadcasting), advertising, dan ticketing.

Menteri Pariwisata Arief Yahya berpendapat, nilai tertinggi dari penyelenggaraan event sport tourism adalah pemberitaan alias news value. Apa hubungannya dengan sustainabilitas sebuah event? Dengan pemberitaan gencar dan bagus maka nilai sponsor akan semakin naik.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related