Menjajaki Pasar Indonesia, Aston Martin Bersiap Mengasah Taringnya

marketeers article

Pasar mobil mewah berharga milliaran memang tidak ada matinya. Dilihat sebagai simbol status dan kemapanan, kepemilikan Porsche, Ferrari, atau Lamborghini seakan-akan meneriakkan pada dunia bahwa Anda telah berada pada pencapaian finansial di level yang berbeda. Inilah mengapa, meski harganya selangit, mobil-mobil ini akan selalu memiliki penggemar yang tiada habisnya.

Mengikuti jejak merek-merek luxury car lain yang telah terlebih dahulu mempenetrasi pasar tanah air, Aston Martin, merek mobil kenamaan asal Britania Raya yang terkenal karena digunakan oleh agen rahasia James Bond, kini tengah meniti keberuntungannya di lanskap otomotif mewah Indonesia. Menyusul pembukaan showroom pertamanya di Jakarta pada Mei 2015 lalu, Aston Martin mulai memikirkan strategi untuk mendapatkan hati pengendara dalam negeri.

Ditemui di sela-sela pertemuannya dengan Hermawan Kartajaya di kantor MarkPlus,Inc, Joerg Kelling, CEO Aston Martin Indonesia, berbicara mengenai positioning Aston Martin dan kompetisi pemain-pemain industri otomotif. Di tengah-tengah para pemain mobil mewah yang lebih senang pamer kemewahan dan status sosial, Aston Martin diharapkan dapat menyampaikan pesan yang berbeda pada pasar.

“Kami tidak ingin Aston Martin hanya dijadikan sebagai alat pamer. Kami ingin saat pengendara Aston Martin saling bertemu, mereka akan saling menyapa dengan pernyataan yang sama, yaitu apresiasi yang tinggi terhadap hasil dari usaha dan kerja keras,” ujar Kelling.

Selain itu, Aston Martin mengusung sisi individual, yakni one-on-one segmentation. Dengan mengutamakan desain, kualitas, dan craftsmanship, Aston Martin diharapkan bisa menawarkan keunikan tersendiri  di antara merek-merek kendaraan mewah lainnya.

Senada dengan apa yang dikatakan Kelling, Hermawan Kartajaya berujar mengatakan, pemain industri mobil mewah memang tidak seharusnya mengikuti tren yang diciptakan iklan. Mobil mewah itu, sambung Hermawan, merupakan artwork. Positioning yang diciptakan harus jelas dan harus disesuaikan dengan persepsi masyarakat Indonesia terhadap merek. Ia juga harus mampu menjawab anxiety and desire pasar Indonesia.

Dengan persepsi sebagai mobil mewah yang dipakai oleh James Bond, kira-kira cerita apa yang akan disampaikan Aston Martin mengenai mereknya di lanskap otomotif Indonesia? Kita tunggu saja.

Related