Menpar: Branding Dulu, Baru Jualan

marketeers article

Salah satu perubahan penting dalam dunia pemasaran saat ini adalah meningkatnya tendensi konsumen untuk meminta referensi dari teman dan keluarga. Dengan kondisi ini, pemasar pun dituntut bisa melakukan upaya branding yang baik sebelum melakukan penjualan. Apalagi, bila pemasar bisa membangun strategi word-of-mouth yang kuat dampaknya akan lebih besar lagi.

“Konsumen saat ini makin percaya pada temannya. Mereka malah cenderung sangat tidak percaya pemerintah. Maka tidak aneh bila semua yang dikatakan pemerintah disebut propaganda,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam National Event & Marketing Conference: Creative Marketing Collaboration in Tourism, yang berlangsung Rabu (25/2/2014), di Kampus Prasetiya Mulya, Jakarta.

Arief mengatakan pengembangan pariwisata Indonesia membutuhkan benchmarking dari negara-negara lain yang telah sukses. Ia pun mengutip data UNWTO yang menyebutkan tiga unsur sukses pemasaran sebuah pariwisata, yaitu attractiveness, amenities, dan access.

Pria yang sempat menjadi Marketeer of The Year 2014 dari MarkPlus, Inc. itu juga menekankan pentingnya pemasaran dalam mengelola pariwisata Indonesia. Menurutnya, partisipasi dalam berbagai ekshibisi seperti ITB Berlin akan percuma bila audiens yang ditarget tak mengetahui produknya. Hal ini justru bisa membuat anggaran malah terbuang sia-sia.

“Saat melakukan pemasaran, jangan sekali-kali sambil jualan. Bila tidak, maka konsumen akan kabur. Kita harus bisa memasarkan produk dengan smooth, jangan hard-selling. Saat fase advertising, baru boleh mulai jualan. Kalau kita belum branding dan langsung melakukan jualan lewat berbagai pameran, nilai produknya justru bisa anjlok,” ungkap Arief.

Ia menuturkan bahwa pariwisata Indonesia saat ini kalah hatrik dari tetangganya, Malaysia, Dalam aspek kunjungan, Malaysia berhasil menarik sekitar 26 juta wisman sedangkan Indonesia baru 9 juta orang. Dari sisi kontribusi devisa, pariwisata Negeri Jiran mampu menyumbang sekitar US$ 20 miliar sementara Indonesia baru US$ 10 miliar. “Kemudian, branding Malaysia Truly Asia jauh lebih dikenal daripada Wonderful Indonesia. Ini adalah PR kita bersama untuk meningkatkan branding pariwisata kita,” tambahnya.

Tahun 2015 ini, Kemenpar memiliki bujet promosi mencapai Rp 1 triliun. Dari dana tersebut, Arief mengatakan separuhnya (50%) akan digunakan untuk branding, 30% untuk advertising, dan 20% untuk aktivitas selling. 

Related