Menteri Teten: 36% UKM Perempuan Terkendala Akses Permodalan

marketeers article
Asian Indonesian women arranging eggs inside small local family-owned business store, or locally called warung. Location is in Tasikmalaya, Indonesia. Selective Focus.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebutkan sebanyak 36% pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM), khususnya perempuan, di Indonesia mengalami kesulitan dalam mengakses permodalan. Hal ini menyebabkan bisnis yang dilakukan sulit berkembang untuk naik kelas.

Teten mengatakan, ekosistem bisnis UKM perempuan perlu diperkuat. Sehingga, mampu meningkatkan partisipasi perempuan dalam struktur ekonomi nasional, sekaligus pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s)

“Terdapat tantangan yang kerap menghampiri kaum perempuan yang ingin menjadi pengusaha. Antara lain, kurangnya akses finansial sebesar 36%, kurangnya kepercayaan diri 30%, kurangnya informasi untuk memulai bisnis 32%, dan tidak adanya lokasi untuk menjalankan bisnis 26%,” ujar Teten melalui keterangannya, Senin (31/1/2022).

Menurut dia, jumlah tersebut dinilai sangat besar dan berpengaruh signifikan terhadap perekonomian nasional. Apalagi, UKM di Indonesia mampu menyerap lebih dari 90% tenaga kerja di Indonesia dengan jumlah usaha sebanyak 64 juta unit.

Menurut Teten, hingga sekarang ada lebih dari 50% bisnis UKM Indonesia dijalankan perempuan. Sebanyak 34% usaha menengah, 56% usaha kecil dan 52% usaha mikro di Indonesia dimiliki kaum hawa.

Untuk mengoptimalkan potensi tersebut, diperlukan dukungan yang mampu menjadikan ide bisnis yang dimiliki perempuan menjadi bisnis yang sukses. “Pertama, akses untuk perangkat digital yang tepat dan mendapat dukungan. Kedua, dukungan dan sarana terkait pelayanan kepada pelanggan. Ketiga, jaringan dan komunitas. Keempat, akses finansial atau pembiayaan,” ujarnya.

Sementara itu, Incoming Chair International Council for Small Business Hermawan Kartajaya menjelaskan, dari segi ekonomi, berdasarkan laporan McKinsey Global Institute Analysis menyebut Indonesia dapat meningkatkan produk domestik bruto (PDB) sebesar US$ 135 miliar per tahun pada 2025. Namun, hasil itu dapat diraih dengan syarat partisipasi ekonomi perempuan ditingkatkan.

Hermawan bilang harus ada enterpreneur yang memutuskan apakah inovasi ini bisa jalan atau tidak dengan segala macam pengambilan resiko dan kolaborasi. “Maka dari itu, kreativitas sangat diperlukan UKM. Tanpa kreatif, tidak akan ada inovasi. Inovasi adalah solusi baru untuk customer,” ujarnya.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related