Menuju Gelombang Baru Pariwisata, Ini Fokus Kemenparekraf

marketeers article
Pura Ulun Danu temple on a lake Beratan. Bali, Indonesia

Pandemi COVID-19 memberi pukulan keras pada sektor pariwisata secara global. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa indikator pariwisata Indonesia turun pada tahun 2020. Jumlah wisatawan mancanegara tercatat turun 75% hingga hanya empat juta wisatawan. Termasuk jumlah wisatawan nusantara (wisnus) yang turun hampir 30%. Belum lagi penurunan devisa akibat rendahnya kegiatan pariwisata mancanegara akibat pelarangan bepergian. Disusul dengan penurunan tenaga kerja pariwisata hingga 66% akibat sepinya destinasi pariwisata.

Memasuki tahun 2021, harapan baru mulai muncul bagi sektor pariwisata. Terutama didorong oleh mulai didistribusikannya vaksin COVID -19 di berbagai belahan dunia. Menyambut gelombang baru pariwisata, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo telah memberikan empat poin arahan sektor pariwisata di masa pandemi. Empat poin tersebut, antara lain keterbukaan pada perubahan tren parisiwata dunia, penerapan protokol pariwisata, penyiapan standar, budaya, dan kebiasaan baru di sektor pariwisata, serta strategi khusus pariwisata dalam tatanan normal baru.

“Inilah yang mendorong kami fokus pada penerapan wisata safety, hygiene, dan security. Apalagi dengan semakin jelasnya pergerakan tren pariwisata yang merupakan destinasi yang menjunjung tinggi kebersihan, destinasi dengan label CHSE, pemilihan akomodasi berbasis operasional CHSE, dan pergeseran preferensi dari tujuan populer ke produk outdoor dan kebugaran,” papar Kurleni Ukar, Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf di gelaran The 6th Strategic Discussion: Redefining Sustainable Tourism Roadmap, Selasa (09/03/2021).

Selama pandemi, terjadi perubahan perilaku wisatawan yang mengubah lanskap pariwisata ke depannya. Kurleni memaparkan setelah pandemi, wisatawan menjadi lebih hati-hati untuk melakukan perjalanan, terutama untuk wisatawan yang berusia lanjut. Selain itu, wisatawan cenderung berwisata sendiri atau dalam grup kecil. CHSE menjadi faktor utama dalam memilih destinasi.

Secara global, terjadi pergeseran tren pariwisata. Misalnya, dari masyarakat yang di kawasan Eropa lebih memilih untuk berwisata ke destinasi alam terbuka. Sementara itu, wisatawan asal Amerika cenderung memilih destinasi yang tenang dan destinasi keluarga.  Wisatawan asing cenderung memilih penerbangan langsung untuk meminimalisir risiko penularan.

“Asia justru menunjukkan tren yang lebih unik dengan menawarkan inovasi wisata. Singapura, misalnya, menawarkan produk pengalaman dan atraksi seperti flights to nowhere hingga merasakan fine dining di atas pesawati. Selain itu, pertumbuhan wisatawan domestik dan travel bubbles pun cukup tinggi demi tetap menghidupkan sektor ini,” katanya.

Kurleni mengatakan Kemenparekraf tengah berupaya menggenjot kembali bisnis pariwisata. Apalagi kondisi dipercaya perlahan membaik setelah didistribusikannya vaksin COVID-19. Kemenparekraf melihat perkembangan tren pariwisata baru. Misalnya, masyarakat akan mulai keluar rumah dengan protokol kesehatan ketat. Jumlah masyarakat yang masih tidak berani untuk keluar rumah dipercaya akan menurun drastis.

“Kini, Kemenparekraf fokus pada pengembangan produk pariwisata yang mendukung sustainable tourism. Artinya, pariwisata yang memperhatikan nilai-nilai kebersihan, keamanan, hingga kelestarian lingkungan. Ke depannya, pelaku pariwisata didorong membangun pengalaman baru demi mendongkrak belanja wisatawan,” tutup Kurleni.

Editor: Sigit Kurniawan

Related